Minggu, 03 Oktober 2010

Anak Tangga Kehidupan

Jika mengibaratkan kehidupan seperti anak tangga, maka ketika saya berhenti sejenak lalu menoleh ke bawah ke anak tangga yang telah saya lalui, saya akan mendapatkan begitu banyak orang-orang yang telah merelakan dirinya agar diri ini bisa berada pada anak tangga yang saya pijaki sekarang.

Jika diibaratkan seperti sebuah film, maka orang-orang tadi barangkali ada yang bermain pada peran utama, peran pembantu, pada posisi protagonis ataupun antagonis. Saya barangkali akan mudah untuk menyebutkan siapa-siapa pemeran utama yang ikut bermain dalam film kehidupan yang saya perankan. Namun, untuk menyebutkan mereka-mereka yang bermain sebagai peran pembantu, pastilah akan memakan waktu beberapa lama. Selain karena pemeran pembantu ini begitu banyak jumlahnya, juga karena kemunculan mereka yang barangkali hanya beberapa detik saja pada layar.

Jika membayangkan diri saya sebagai seorang jagoan dalam film, maka mereka-mereka yang ada diperan pembantu tadi boleh jadi hanyalah pemilik kedai kopi yang saya singgahi berteduh, supir taksi yang saya tumpangi, orang-orang di ruang tunggu rumah sakit, atau penjaga toko dimana saya membeli kacamata hitam. Pokoknya, mereka-mereka itu adalah orang-orang yang tidak akan diceritakan ulang setelah kita menonton sebuah film. Namun pun demikian, mereka-mereka itulah yang membuat adegan saya dari satu setting cerita ke setting cerita berikutnya menjadi menarik dan enak untuk ditonton.

Saya terkadang berpikir bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang segaja diutus oleh Tuhan, untuk mensukseskan misi hidup yang saya emban. Mereka diutus sebagai kurir yang membawakan saya sebuah peta. Sebuah petunjuk jalan. Sebuah pengingat. "Misimu harus tuntas, semoga sukses", begitu kata orang-orang tadi kepada saya. Mereka barangkali menuntut kepada Tuhan untuk diberi peran utama dalam misi saya. Namun kesuksesan misi saya barangkali tergantung oleh peran pembantu yang mereka mainkan. Dan akhirnya mereka pun rela. Kepada mereka-mereka diperan pembantu inilah biasanya saya lupa berterimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar