Kamis, 07 November 2013

Belum Banyak Yang Bisa Diceritakan

Diakhir pekan kemarin saya berada di Ternate. Inilah kota yang ketika pertama kali ke sana saya mengira terpencil seperti apa keadaannya. Ternyata saya salah duga. Kalau kemajuan suatu kota ditandai oleh adanya pusat perbelanjaan seperti mall, Ternate punya Jatiland Mall yang cukup besar, sehingga jika berada di dalamnya kita akan lupa sedang berada di kota mana. Desain mall dimana-mana memang mirip-mirip.

Kalau kemajuan suatu kota ditandai oleh bandara yang cukup megah, Ternate punya Bandara Sultan Babullah. Bandara yang sekarang merupakan bandara baru. Saya bertanya ke salah satu cleaning service disana, katanya baru satu bulan dioperasikan. Pekan kemarin adalah kali keempat saya ke Ternate. Terakhir kali saya datang pada penghujung Agustus tiga bulan lalu. Saat itu Bandara Sultan Babullah masih tampak seperti terminal bus. Ruang tunggu penumpang begitu sempit dan sesak. Panas dan gerah hampir tak tertahankan. Tapi ketika kemarin mendarat di bandara yang baru, saya sempat kaget. Ruang tunggu penumpang sangat sejuk dan adem. Lukisan-lukisan indah banyak terpajang di dinding-dindingnya.

Saat ini di Ternate juga sedang booming perdagangan batu bacan. Batu bacan ini adalah batu warna-warni yang dijadikan mata cincin atau mata kalung. Batu ini naik pamornya sejak Presiden SBY menjadikannya cinderamata yang diberikan kepada Presiden Obama. Harga batu ini bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung jenis dan bentuk ukirannya.

Tapi saya tidak ingin bercerita panjang lebar tentang bagaimana Kota Ternate itu.

Saya hanya gembira saja ketika mendapat tugas berdinas ke daerah lain. Saya jadi bisa sambil menyelam minum air, sambil berdinas sambil bertemu kawan-kawan lama.

Tapi kalau urusan dinas-dinas ke daerah, saya punya seorang teman. Teman ketika kuliah dulu. Ia adalah staf di salah satu kementerian di Jakarta sana. Saya salut dengan teman yang satu ini. Ia memang sering mendapat tugas kunjungan ke daerah-daerah. Hanya saja ia selalu mengajukan agar daerah yang akan dikunjunginya adalah daerah yang ada kawan lama disana. Dan tempat paling jauh di timur Indonesia yang sudah dia kunjungi adalah Manado. Ya, di Manado sini ada si Luqman, pikirnya.

Mendapat kunjungan seperti ini saya pun senang. Kami bisa bercerita kembali ke belakang bertahun-tahun lalu. Bercerita tentang ide-ide besar yang saat itu masih belum berwujud. Hidup ini memang dinamis. Selalu menampakkan perubahan-perubahan. Bertemu kawan lama dan bercerita tentang masa dulu, kita jadi tahu bahwa sebagian mimpi-mimpi dulu, kini telah menjadi nyata.

Tapi saya juga tidak ingin bercerita panjang lebar tentang kawan lama saya yang kerja di Jakarta itu.

Ketika di Ternate kemarin saya menghubungi salah satu kawan kuliah dulu yang telah menetap beberapa tahun disana. Sambil menikmati pemandangan sore pantai Ternate, kami saling bertukar cerita. Kami membahas kemungkinan untuk mengadakan reuni dengan teman-teman yang sepertinya sudah terpencar-pencar dari Sabang sampai Merauke. Sesekali juga kami menyinggung sedikit soal pekerjaan. Oleh teman ini saya ditraktir segelas kopi.

Sampai disini dululah. Saat ini belum banyak yang bisa diceritakan. Mungkin besok atau dilain hari.

* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar