Minggu, 08 Januari 2012
Kamis, 29 Desember 2011
sendal jepit
#kepada AAL
adalah sendal jepit
sesuatu yang paling berharga dimusim hujan
makanya, ada yang begitu marah ketika
sendalnya kau curi
kau tahu kan
seberapa panjang lima tahun itu
kau akan melewati lima musim hujan
kau akan menghabiskan seribu sendal jepit
(lq)
adalah sendal jepit
sesuatu yang paling berharga dimusim hujan
makanya, ada yang begitu marah ketika
sendalnya kau curi
kau tahu kan
seberapa panjang lima tahun itu
kau akan melewati lima musim hujan
kau akan menghabiskan seribu sendal jepit
(lq)
Senin, 26 Desember 2011
sementara ini hanya namanya yang ia izinkan menghuni pikiranku
Ada hal-hal di dunia ini yang perlu kita percayai tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu. Adapula yang sebaliknya, kita mempercayainya setelah membuktikannya.
Kepercayaan tadi bisa menghuni pikiran kita melalui panca indra yang kita miliki. Kita percaya bahwa gula itu manis melalui lidah kita. Kita percaya bahwa api itu panas melalui kulit kita. Kita percaya bahwa lagu-lagu Ebiet G. Ade menyentuh melalui telinga kita, kita percaya bahwa sayur segar itu berwarna hijau melalui mata kita. Kita percaya bahwa bangkai itu busuk melalui hidung kita.
Kepercayaan-kepercayaan yang kita dapat melalui panca indra tadi tidak serta merta bisa menjadi kepercayaan bagi orang lain, apalagi jika orang lain tersebut belum pernah sama sekali mengalami pengalaman yang kita alami. Misalnya saja, kita tidak bisa memaksakan kepercayaan bahwa api itu panas kepada seorang anak kecil sampai anak tadi membuktikannya sendiri.
Namun, ada kepercayaan-kepercayaan yang bersifat umum. Kepercayaan ini kita peroleh dari pengalaman orang lain. Karena sifatnya yang ekstrim, sehingga kepercayaan tadi bisa menjadi kepercayaan kita tanpa ada dorongan untuk membuktikannya. Contohnya, kita percaya bahwa bisa cobra itu mematikan karena kita pernah melihat ada orang yang mati setelah digigit ular cobra. Atau, kita percaya bahwa melompat dari lantai 3 sebuah gedung bisa menyebabkan patah tulang tanpa harus mencobanya.
Terlepas dari mana kita mendapat kepercayaan itu, bahasa adalah penghantarnya. Entah itu bahasa berupa bau, bahasa cahaya, bahasa rasa, bahasa bunyi, atau pun bahasa suhu. Tak terkecuali kepercayaan akan adanya Tuhan. Itulah sebabnya untuk mengkomunikasikan diri, Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya, dan melalui penciptaan langit dan bumi beserta isinya. Wahyu Tuhan kepada Nabi tadi dituang kedalam Kitab Suci yang biasa kita sebut dengan ayat Qauliyah. Sedangkan Bahasa Tuhan melalui ciptaan-Nya biasa kita sebut dengan ayat Kauniyah.
Aktifitas Berbahasa (mendengarkan, mengamati, merasakan, memahami) inilah kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Dengan kemampuan ini manusia yang satu bersosialisasi dengan manusia yang lain. Dari sosialisasi tadi terbentuklah kebiasaan. Dari kebiasaan tersebut berkembang menjadi kebudayaan. Dan diujungnya lahir sebuah peradaban.
Salah satu wujud bahasa adalah kata-kata. Dengan penggunaan kata-kata yang tepat, kita bisa membentuk kepercayaan pada orang lain agar mereka bergerak, melakukan kebiasaan-kebiasaan positif. Di ruang inilah para motivator bekerja mempengaruhi. Lewat kata-kata mereka membagikan pengalaman berharga agar kita bertindak, agar kita percaya.
Percaya atau tidak percaya, sekarang ada seorang perempuan yang telah mau mengizinkan namanya masuk ke pikiranku. Baru hanya namanya memang. Namun, boleh jadi kelak ia bersedia membuat saya percaya dengan kata-kata ini: “Dibalik kesuksesan seorang laki-laki terdapat seorang isteri yang hebat.”
Bolehlah mendoakan saya, mendoakan kami.
Bolehlah mendoakan saya, mendoakan kami.
* * *
Jumat, 23 Desember 2011
Mengukur nilai dari kerja keras
Dengan apakah kita mengukur nilai sebuah kerja keras? Dengan seberapa banyak keringatkah? Dengan seberapa banyak income-kah? Dengan seberapa banyak investasikah? Atau, dengan seberapa banyak senyum diakhir tahun?
Soal kerja keras ini, didalam keyakinan saya, Islam, dipesankan bahwa: "Apabila engkau memiliki sebiji kurma di tanganmu maka tanamlah, meskipun besok akan kiamat, semoga engkau mendapat pahala". (Al Hadits)
Kerja keras, dengan apakah kita mengukurnya?
Kerja keras, dengan apakah kita mengukurnya?
Minggu, 20 November 2011
Begitu juga kan keinginanmu, Kawan?
Apa jadinya tadi jika Indonesia kalah dari Vietnam? Apa jadinya spanduk yang bertuliskan "Good Bye Vietnam" itu jika tadi Indonesia kalah? Apakah spanduk itu akan tetap diperlihatkan, atau si penonton akan tetap diam-diam menyembunyikannya? Tentu saja saya tidak tahu apa jadinya. Karena kenyataannya Indonesia menang.
Nampaknya memang penonton kita telah siap menerima kemenangan Indonesia atas Vietnam. Contohnya saja spanduk yang bertuliskan Good Bye tadi. Spanduk itu mendapat bidikan kamera sesaat setelah Indonesia mencetak gol kedua lewat tendangan kaki kiri Tibo. Saya tidak yakin tulisan itu dibuat si penonton sesaat setelah gol kedua itu. Saya membayangkan dan melihat dari layar televisi suasana Stadion GBK pada saat Indonesia telah leading 2-0. Begitu bergemuruh, begitu merah, kegembiraan meluap dimana-mana. Dalam suasana seperti itu saya tidak yakin kalau si penonton akan sempat menulis pesan pendek selamat tinggal kepada pemain Vietnam. Sehingga jika keyakinan saya ini benar, maka pastilah tulisan itu dibuat sejak jauh-jauh waktu sebelum pertandingan tadi digelar.
Begitu rindunya kita akan prestasi sepakbola Indonesia. Di piala AFF yang lalu kita tidak bisa juara. Lalu, dalam kualifikasi pra Piala Dunia kita juga tersingkir. Peluang untuk menjadi juara didapat pada Sea Games ke-26 kali ini. Kita baru saja menyingkirkan Vietnam dan dibabak puncak nanti kita akan menghadapi Malaysia yang mengalahkan kita 1-0 dibabak penyisihan grup. Dipertandingan nanti tentu saja kita berharap Indonesia bisa mengalahkan Malaysia. Kita sebagai penonton pastinya sudah tidak sabar menyaksikan moment tersebut. Persiapan-persiapan untuk menyemangati pemain kita di babak final nanti pastinya sudah kita lakukan sejak wasit meniup peluit panjang diakhir pertandingan tadi melawan Vietnam.
Apapun hasil pertandingan nanti, kalah atau menang, setelahnya tak ada lagi pertandingan dievent ini. Yang kalah mungkin akan kecewa, dan yang menang sudah pasti akan bergembira. Kalah atau menang, semua akan saling berucap see you good bye.
Saya membayangkan diakhir laga Babak Final nanti di bangku penonton akan ada lagi spanduk besar yang bertuliskan "Good Bye Malaysia" dengan latar belakang kegembiraan penonton kita yang merah bergemuruh. Begitu juga kan keinginanmu, Kawan?
Langganan:
Postingan (Atom)