Minggu, 08 Januari 2012

Resolusi 2012

Hari masih pagi dan matahari sedang bersinar dengan riangnya ketika saya menuliskan catatan ini. Saya teringat lagi dengan pesan guru saya Kang Prie GS, bahwa  "Sukses menghayati pagi, membuat besar sekali kemungkinan kita untuk sukses menjalani seluruh hari.” Namun, barangkali tidak semua orang setuju dengan pendapat guru saya itu. Sebab, mungkin saja ada yang lebih memilih meresapi malam ketimbang menghayati pagi. 
Apapun pilihannya, saya berusaha untuk mendapatkan keduanya. Karena malam dan pagi sama-sama menyediakan keheningan. Meresapi malam kita akan bertemu dengan kekhilafan-kekhilafan sepanjang hari tadi. Menghayati pagi kita akan menyapa harapan-harapan disepanjang hari ini. Begitulah hidup menurut saya. Ada waktu buat merenung ke belakang dan ada saatnya menerawang ke depan.
Memang tidak setiap hari saya bisa menemui keheningan pagi lalu menghayatinya dengan penghayatan yang bening. Terkecuali pagi ini. Barangkali karena hari ini hari Minggu. Barangkali karena semalam orang-orang lebih memilih menghabiskan seluruh malam mereka. Maka, hening dipagi ini menjadi lebih panjang dari biasanya.
Untuk mengisi penghayatan terhadap pagi dihari ini saya mencoba menyalakan laptop, mengakses internet, dan mampir beberapa saat di beranda facebook. Di situs jejaring sosial ini, saya menge-like beberapa status teman, memposting artikel dan memberikan beberapa komentar di dalamnya.
Salah satu status teman yang saya berikan like menuliskan seperti ini, “Alhamdulillah... dan pagi pun tak pernah ingkar untuk tetap setia datang setelah malam, hmmmm, pagi dimanapun selalu indah”
Dan entah kenapa, status teman saya itu begitu melekat di ingatan saya disepanjang pagi ini. Begitu menginspirasikah? Dan sepertinya, ya. Di dalamnya saya melihat harapan, saya merasakan optimisme, dan kita diajak untuk menemukan alasan untuk bersyukur kepada Allah. 
Menghayati status teman di atas, saya lalu tergerak untuk menuliskan resolusi pribadi di tahun 2012 ini yang belum sempat saya tuliskan. Dengan menuliskannya saya berharap resolusi ini akan lebih melekat di ingatan dan agar daya dorongnya lebih kuat untuk melaksanakannya. 
Tahun 2012 ini saya menetapkan 3 resolusi. Pertama, saya ingin meningkatkan kualitas hubungan saya dengan Sang Pencipta. Jika selama ini ibadah-ibadah wajib terkadang masih lalai saya kerjakan maka kedepannya perlu lebih khusyu lagi. Jika selama ini ibadah-ibadah sunnah masih jarang saya lakukan maka kedepannya perlu lebih ditingkatkan dari segi kualitas dan kuantitasnya. 
Kemudian yang kedua, saya ingin meningkatkan kualitas hubungan saya dengan diri sendiri. Untuk memenuhi janji ini saya ingin lebih banyak lagi membaca dan menulis. Membaca tulisan dan buku-buku yang bergizi, serta menuliskan gagasan-gagasan penting serta tetek bengek kehidupan yang perlu untuk dibuang. Saya juga akan memberikan porsi waktu yang cukup bagi diri ini untuk berolah raga, karenanya bangun pagi juga perlu saya sukseskan setiap hari. Berusaha untuk selalu sarapan setiap pagi dan tidak telat makan siang. Dan, saya akan mengikuti nasehat Bang Rhoma, “begadang jangan begadang kalau tiada artinya”. 
Resolusi yang ketiga, saya ingin meningkatkan kualitas dan kuantitas silaturrahim saya kepada sesama. Kepada orang tua saya akan lebih sering menelepon keduanya di kampung halaman sana, begitupun kepada kakak dan adik-adik saya. Kepada atasan dan rekan-rekan kerja, saya akan bekerja dengan lebih semangat lagi dan selalu berusaha menunjukkan wajah yang penuh empati ketika bertemu dengan mereka. Kepada kawan-kawan lama yang terpisah jauh dimana-mana saya akan memanfaatkan situs jejaring sosial untuk lebih sering menyapa, bertukar kabar dan saling menularkan semangat-semangat positif dengan mereka. Saya juga akan terus membagun pertemanan dan hubungan baik dengan orang-orang baru disekitar tempat saya berada. 
Begitulah janji saya ditahun ini kepada diri ini.
Akhirnya, saya ingin mengutip kata-kata WS. Rendra, “Manusia adalah gabungan dari kemungkinan dan keterbatasan. Ada batas untuk cita-cita dan perencanaan manusia. Ada batas untuk realitas alam. Manusia yang menyadari batas-batas tadi akan bisa menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru”. 
Mari bersiap. Mari menghadapi kemungkinan-kemungkinan baru di tahun 2012 ini.
(Ditulis di Manado, 8 Januari 2012)

Kamis, 29 Desember 2011

sendal jepit

#kepada AAL

adalah sendal jepit
sesuatu yang paling berharga dimusim hujan
makanya, ada yang begitu marah ketika
sendalnya kau curi

kau tahu kan
seberapa panjang lima tahun itu
kau akan melewati lima musim hujan
kau akan menghabiskan seribu sendal jepit

(lq)

Senin, 26 Desember 2011

sementara ini hanya namanya yang ia izinkan menghuni pikiranku

Ada hal-hal di dunia ini yang perlu kita percayai tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu. Adapula yang sebaliknya, kita mempercayainya setelah membuktikannya.

Kepercayaan tadi bisa menghuni pikiran kita melalui panca indra yang kita miliki. Kita percaya bahwa gula itu manis melalui lidah kita. Kita percaya bahwa api itu panas melalui kulit kita. Kita percaya bahwa lagu-lagu Ebiet G. Ade menyentuh melalui telinga kita, kita percaya bahwa sayur segar itu berwarna hijau melalui mata kita. Kita percaya bahwa bangkai itu busuk melalui hidung kita.

Kepercayaan-kepercayaan yang kita dapat melalui panca indra tadi tidak serta merta bisa menjadi kepercayaan bagi orang lain, apalagi jika orang lain tersebut belum pernah sama sekali mengalami pengalaman yang kita alami. Misalnya saja, kita tidak bisa memaksakan kepercayaan bahwa api itu panas kepada seorang anak kecil sampai anak tadi membuktikannya sendiri.

Namun, ada kepercayaan-kepercayaan yang bersifat umum. Kepercayaan ini kita peroleh dari pengalaman orang lain. Karena sifatnya yang ekstrim, sehingga kepercayaan tadi bisa menjadi kepercayaan kita tanpa ada dorongan untuk membuktikannya. Contohnya, kita percaya bahwa bisa cobra itu mematikan karena kita pernah melihat ada orang yang mati setelah digigit ular cobra. Atau, kita percaya bahwa melompat dari lantai 3 sebuah gedung bisa menyebabkan patah tulang tanpa harus mencobanya.

Terlepas dari mana kita mendapat kepercayaan itu, bahasa adalah penghantarnya. Entah itu bahasa berupa bau, bahasa cahaya, bahasa rasa, bahasa bunyi, atau pun bahasa suhu. Tak terkecuali kepercayaan akan adanya Tuhan. Itulah sebabnya untuk mengkomunikasikan diri, Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya, dan melalui penciptaan langit dan bumi beserta isinya. Wahyu Tuhan kepada Nabi tadi dituang kedalam Kitab Suci yang biasa kita sebut dengan ayat Qauliyah. Sedangkan Bahasa Tuhan melalui ciptaan-Nya biasa kita sebut dengan ayat Kauniyah.

Aktifitas Berbahasa (mendengarkan, mengamati, merasakan, memahami) inilah kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Dengan kemampuan ini manusia yang satu bersosialisasi dengan manusia yang lain. Dari sosialisasi tadi terbentuklah kebiasaan. Dari kebiasaan tersebut berkembang menjadi kebudayaan. Dan diujungnya lahir sebuah peradaban.

Salah satu wujud bahasa adalah kata-kata. Dengan penggunaan kata-kata yang tepat, kita bisa membentuk kepercayaan pada orang lain agar mereka bergerak, melakukan kebiasaan-kebiasaan positif. Di ruang inilah para motivator bekerja mempengaruhi. Lewat kata-kata mereka membagikan pengalaman berharga agar kita bertindak, agar kita percaya.

Percaya atau tidak percaya, sekarang ada seorang perempuan yang telah mau mengizinkan namanya masuk ke pikiranku. Baru hanya namanya memang. Namun, boleh jadi kelak ia bersedia membuat saya percaya dengan kata-kata ini: “Dibalik kesuksesan seorang laki-laki terdapat seorang isteri yang hebat.”

Bolehlah mendoakan saya, mendoakan kami.

* * *

Jumat, 23 Desember 2011

Mengukur nilai dari kerja keras

Dengan apakah kita mengukur nilai sebuah kerja keras? Dengan seberapa banyak keringatkah? Dengan seberapa banyak income-kah? Dengan seberapa banyak investasikah? Atau, dengan seberapa banyak senyum diakhir tahun?

Soal kerja keras ini, didalam keyakinan saya, Islam, dipesankan bahwa: "Apabila engkau memiliki sebiji kurma di tanganmu maka tanamlah, meskipun besok akan kiamat, semoga engkau mendapat pahala". (Al Hadits)

Kerja keras, dengan apakah kita mengukurnya?

Minggu, 20 November 2011

Begitu juga kan keinginanmu, Kawan?

Apa jadinya tadi jika Indonesia kalah dari Vietnam? Apa jadinya spanduk yang bertuliskan "Good Bye Vietnam" itu jika tadi Indonesia kalah? Apakah spanduk itu akan tetap diperlihatkan, atau  si penonton akan tetap diam-diam menyembunyikannya? Tentu saja saya tidak tahu apa jadinya. Karena kenyataannya Indonesia menang.

Nampaknya memang penonton kita telah siap menerima kemenangan Indonesia atas Vietnam. Contohnya saja spanduk yang bertuliskan Good Bye tadi. Spanduk itu mendapat bidikan kamera sesaat setelah Indonesia mencetak gol kedua lewat tendangan kaki kiri Tibo. Saya tidak yakin tulisan itu dibuat si penonton sesaat setelah gol kedua itu. Saya membayangkan dan melihat dari layar televisi suasana Stadion GBK pada saat Indonesia telah leading 2-0. Begitu bergemuruh, begitu merah, kegembiraan meluap dimana-mana. Dalam suasana seperti itu saya tidak yakin kalau si penonton akan sempat menulis pesan pendek selamat tinggal kepada pemain Vietnam. Sehingga jika keyakinan saya ini benar, maka pastilah tulisan itu dibuat sejak jauh-jauh waktu sebelum pertandingan tadi digelar.

Begitu rindunya kita akan prestasi sepakbola Indonesia. Di piala AFF yang lalu kita tidak bisa juara. Lalu, dalam kualifikasi pra Piala Dunia kita juga tersingkir. Peluang untuk menjadi juara didapat pada Sea Games ke-26 kali ini. Kita baru saja menyingkirkan Vietnam dan dibabak puncak nanti kita akan menghadapi Malaysia yang mengalahkan kita 1-0 dibabak penyisihan grup. Dipertandingan nanti tentu saja kita berharap Indonesia bisa mengalahkan Malaysia. Kita sebagai penonton pastinya sudah tidak sabar menyaksikan moment tersebut. Persiapan-persiapan untuk menyemangati pemain kita di babak final nanti pastinya sudah kita lakukan sejak wasit meniup peluit panjang diakhir pertandingan tadi melawan Vietnam.

Apapun hasil pertandingan nanti, kalah atau menang, setelahnya tak ada lagi pertandingan dievent ini. Yang kalah mungkin akan kecewa, dan yang menang sudah pasti akan bergembira. Kalah atau menang, semua akan saling berucap see you good bye

Saya membayangkan diakhir laga Babak Final nanti di bangku penonton akan ada lagi spanduk besar yang bertuliskan "Good Bye Malaysia" dengan latar belakang kegembiraan penonton kita yang merah bergemuruh. Begitu juga kan keinginanmu, Kawan?