Rabu, 29 Agustus 2012

Suatu pagi seperti ada yang menggoyangkan kepalamu

Saya sudah di kantor lagi. Semua sudah siap. Laptop sudah dinyalakan. Kabel printer sudah dihubungkan. Internet sudah diaktifkan. Air putih, teh panas juga sudah. Saya sekarang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjaku ini. Selembar hitung-hitungan sederhana pesanan teman juga baru saja selesai saya rampungkan.

Tadi pagi, pas bangun dari tidur, kepala ini serasa bergoyang-goyang. Seperti ada yang menggoyangkannya, atau seperti ada yang menari-nari di dalamnya. Kalaupun memang ada yang menari-nari di dalamnya, pastilah ia sedang mengikuti irama musik yang lambat. Tarian-tarian lambat itu masih terasa hingga ke kamar mandi, hingga siraman air yang pertama ke kepalaku ini, bahkan hingga akan berangkat ke kantor.

Pernahkah suatu pagi kamu mengalami yang seperti itu? Seperti ada yang menggoyangkan kepalamu, seperti ada yang menari-nari di dalamnya? Tahukah kamu apakah yang menggoyangkan kepalamu itu? Atau, siapakah yang menari-nari di dalamnya?

Padahal semalam saya tidak begadang. Padahal tidak ada pikiran yang sedang membebani kepala ini. Mungkinkah nasi goreng yang saya santap semalam penyebabnya? Kalau memang nasi goreng itu penyebabnya, pastilah mereka telah menaburkan vetsin sewaktu menggorengnya. Orang bilang vetsin tidak baik untuk syaraf-syaraf di kepala.

* * *

Jumat, 24 Agustus 2012

Saya akan bermain bola lagi sore nanti

Di tempatku saat ini masih pagi. Di tempatmu juga pastinya. Saya tahu itu dari pramugari setiap kali pesawatku akan mendarat menyinggahi kotamu. Tidak ada perbedaan waktu antara kotaku dan kotamu, kata pramugari itu.

Setelah sekian lama, hari ini saya akan bermain bola lagi. Ini agenda terakhirku pada pulang kampungku kali ini. Saya akan bermain bersama teman-teman seangkatan waktu SMA dulu. Kami akan melawan SMA tetangga yang juga seangkatan dengan kami. Ini hanya pertandingan reuni setelah sepuluh tahun kelulusan kami. Tak ada piala yang akan kami dapatkan jika akhirnya menang. Tapi saya selalu bersungguh-sungguh setiap kali bermain bola. Kalau mau, kau boleh menitip sebiji gol.

Saya selalu bersemangat memang setiap kali diajak bermain bola. Sama bersemangatnya ketika diajak duduk menikmati secangkir teh.

Dan oh, rupa-rupanya air di despenser Mamak sudah panas. Sudah saatnya saya menyeduh teh. Ini barangkali pagi terakhirku bisa duduk berlama-lama disini menikmati hangatnya teh seteguk demi seteguk.

* * *

Kamis, 23 Agustus 2012

Saya selalu ingin pulang dengan tersenyum

Di peta Indonesia kotaku ini berada di kaki k pulau Sulawesi. Ia disebut dengan nama Raha. Lima hari sudah saya berada disini. Besok atau lusa saya sudah akan balik ke Manado untuk memulai kembali aktifitas kerja pada Senin nanti.

Sejak meninggalkan tanah kelahiranku ini sepuluh tahun yang lalu, sejak saat itu pula saya mulai belajar berpisah. Belajar bagaimana menabahkan rindu. Dari pelajaran berpisah dan merindu itu, saya menyimpan satu cita-cita untuk selalu pulang kesini paling tidak setahun sekali setiap Lebaran.

Pulang kampungku selalu sebentar saja. Namunpun demikian perjalanan pulang kampung telah menjadi semacam perjalanan spiritual setahun sekali, perjalanan pulang ke asal, perjalanan menziarahi tanah kelahiran sendiri. Perjalanan menziarahi ini untuk mengingatkan bahwa nantinya akan ada pulang yang sesungguhnya. Di bagian bumi yang mana nantinya saya tidak tahu. Saya tak akan pernah tahu. Ini hanya perihal menunggu giliran. Jika waktunya tiba kita pasti akan pulang. Pulang sendiri-sendiri.

Dengan menyadari kenyataan ini saya selalu berharap semoga ketabahan selalu menyertai dimana pun saya berada.

* * *

Kamis, 09 Agustus 2012

Sungguh susahkah mengingat Kau penuh seluruh?

Mungkinkah dua hal ini berbeda? Keyakinan terhadap Allah SWT dan Kekonsistenan menjalankan perintah-Nya.

Saya selalu yakin kalau segala yang terjadi dan yang bisa terjadi pada diri ini adalah atas ke-Mahakuasa-an Allah. Saya meyakini itu.

Namun disisi lain, tidak jarang saya lalai untuk melakukan ketaatan-ketaatan yang diperintahkan-Nya. Begitu susahkah istiqamah itu?

Ya Allah, jangan tutup hati kami untuk menerima cahaya-Mu.

* * *