Tahun
2015, akhirnya, akan segera berakhir. Masih lima hari lagi. Sudah lima hari
pula saya libur kerja. Hari ini hari keenam, hari terakhir liburan. Libur enam
hari itu ternyata sama dengan libur selama seratus empat puluh empat jam. Tapi
kenapa rasanya seperti sebentar saja. Heheh.
Desember
tahun ini saya tidak pulang ke kampung. Walaupun sebenarnya libur 6 hari itu
adalah waktu yang cukup untuk mudik ke tanah kelahiran saya Raha, Kabupaten
Muna, di Sulawesi Tenggara sana. Alasan pertama saya tidak mudik adalah karena
baru saja bulan November yang lalu saya mengunjungi kampungku itu. Alasan yang kedua adalah karena masih ada
beberapa urusan pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum tahun 2015 berakhir.
Tiga
tahun terakhir setiap Desember saya memang selalu pulang memanfaatkan banyaknya
hari libur disekitaran hari natal. Tiga tahun terakhir ini setiap tahun saya
selalu pulang dua kali, saat Hari Raya Idul Fitri dan liburan natal. Memang,
sebaik-baik liburan adalah ke kampung sendiri. Apalagi jika disana kita masih
bisa bertemu dan menciumi tangan kedua orang tua kita. Bapak saya selalu
bilang, kepulangan kami anak-anaknya adalah obat umur panjang bagi orang tua.
Enam
hari libur, saya tidak kemana-mana. Saya di rumah saja. File-file pekerjaan
kantor yang akan diselesaikan ikut saya boyong ke rumah. Oh iya, saya menyebut
rumah karena sejak satu bulan lalu saya tidak indekos lagi. Saya sekarang
tinggal agak jauh sedikit dari pusat kota, menyewa sebuah rumah kecil. Di depan
rumah itu saya tanami bibit pohon rambutan pemberian Bapak Kostku sebelumnya. Kata
Beliau, pohon rambutan itu sebagai kenang-kenangan agar saya selalu mengingat
keluarga kos-kosan.
Liburan
kali ini saya memang tidak kemana-mana, saya hanya di rumah saja. Saya membaca
habis dua buah buku. Novel berjudul Pulang
karya Tere Liye dan Buku Biografi Andy F.
Noya, host Acara Kick Andy di Metro TV itu. Dari dua buku yang habis saya
baca itu, walaupun saya hanya di rumah saja, tetapi dengan membacanya saya
seperti mengunjungi banyak tempat, berjumpa banyak peristiwa, dan mengunjungi
dimensi waktu yang banyak pula. Disitulah keajaibannya kalau kita membaca buku.
Walaupun genrenya berbeda, secara
garis besar, kedua buku itu sama-sama bercerita tentang pengalaman-pengalaman
masa lalu, pencapaian-pencapaian hari ini, dan harapan-harapan di masa depan. Di tulisan
ini saya tidak ingin membedah isi kedua buku itu. Anda yang mengikuti
novel-novel Tere Liye mungkin saja sudah membaca novel berjudul Pulang tersebut. Saya bukan pengoleksi
novel, tapi kalau Anda ingin mengoleksi, saya menyarankan untuk tidak
melewatkan karya-karya Tere Liye. Sampai hari ini saya (baru) hanya memiliki
empat judul karangannya. Rembulan
Tenggelam Di Wajahmu, Sunset Bersama Rose, Eliana, dan Pulang. Setelah ini saya mungkin akan mencari judul-judul yang
lain. Dalam karya-karya Tere Liye banyak disisipkan nasehat-nasehat kehidupan. Menurut
saya, akan sangat berguna jika kelak kita bisa mewariskan novel-novel itu ke
anak-anak kita.
Kemudian
tentang Buku Biografi Andi F. Noya.
Sebelum
membaca buku tersebut, selama ini saya mengira bahwa kata Flores pada nama Andy
Flores Noya adalah karena Beliau berasal dari Flores. Tetapi ternyata Andy Noya bukan berasal dari Flores. Kata itu
berasal dari bahasa Portugis yang berarti bunga. Di Biografi tersebut, Andy F.
Noya menuturkan bahwa ia adalah keturunan campur aduk. “Selain darah Belanda dari Ibuku, aku juga mewarisi “bonus” darah
Perancis-Portugis dari ayahku. Ayahku, Ade Wilhelmus Flores Noya, lahir dari
pasangan Thobias Noya, asal Hulaliu, sebuah desa di Maluku Tengah, dan Adolfina
Josephine Dousse, perempuan Ternate keturunan Perancis. Darah Portugis juga
mengalir dari kakekku”, begitu buku itu mengisahkan di halaman-halaman
awal.
Buku
ini bercerita tentang kehidupan Andy F. Noya sejak dari pengalaman masa kecil
di Surabaya, masa remaja di Jayapura, hingga kuliah di Jakarta. Bagaimana
kehidupan Keluarganya, Ibunya, Bapaknya, Kakak-kakaknya, kisah bertemu pertama kali dengan perempuan yang sekarang menjadi Isterinya, hingga
bagaimana ia meniti karir dari wartawan junior sampai bisa menjadi Pemimpin
Redaksi di Metro TV dan menjadi orang kepercayaan Surya Paloh pemilik Media
Group. Di buku ini juga diceritakan ide awal Program Acara Kick Andy di Metro
TV yang selalu menghadirkan nara sumber-nara sumber yang penuh inspirasi dan telah menginspirasi jutaan pemirsa Indonesia.
Salah
satu yang juga menarik dari buku itu, ini mungkin sangat subyektif sekali,
adalah karena nama tanah kelahiranku, Raha, sempat diceritakan di dalamnya. Tak
perlu Anda susah-susah mencarinya di halaman berapa diceritakan. Saya akan
memberitahukannya. Halaman 176 baris ke-10. Wuihh, hafal benar saya, wkwkwk.
Menemukan tanah kelahiranku disebut dalam buku itu memang senang rasanya.
Karena selama ini jika saya memperkenalkan diri berasal dari Raha, orang-orang
selalu salah menebak. Mereka mengira Raha itu adanya di Nusa Tenggara sana. Tapi
yang lebih menyakitkan lagi adalah jika ada yang bertanya Raha itu dimana,
adakah di peta Indonesia? Arrggh, sakitnya tuh disini.. Kawan!
Dan
tentu saja ada banyak cerita menarik lainnya di dalam buku itu. Kisah yang
lebih lengkap silahkan Anda baca sendiri saja. Saya merekomendasikan buku ini
untuk Anda baca dengan tuntas dan menjadi salah satu koleksi Anda di rumah.
Saya
punya beberapa koleksi buku Biografi di rumah. Dan sepertinya saya akan terus
menambah koleksi buku-buku yang bertema Biografi. Saya pernah bilang kepada
seorang kawan bahwa buku-buku dengan tema-tema Biografi adalah buku yang layak
untuk dimiliki. Waktu itu saya tidak menyampaikan alasannya kenapa.
Belakangan
saya menyadari bahwa dengan membaca buku perjalanan hidup seseorang, sebenarnya
kita diajak untuk melihat bagaimana Allah merancang kehidupan ini. Bagaimana
Allah mempertemukan kita dengan suatu peristiwa untuk kemudian bertemu lagi
dengan peristiwa berikutnya. Bagaimana Allah menitipkan kita pada satu keadaan
lalu dibawa lagi pada keadaan yang lainnya. Kenapa kemarin kita bertemu dengan
si Fulan, bertemu si Fulanah. Kenapa kemarin kita berada di kota sana hari ini
di kota sini, kenapa kita bertemu dengan keadaan-keadaan senang, kenapa kita
mengalami keadaan-keadaan susah, dan banyak lagi peristiwa-peristiwa hidup
lainnya. Tugas kitalah untuk menghubung-hubungkan berbagai peristiwa itu untuk
mengambil hikmah dan pelajaran bagi kehidupan kita hari ini dan juga esok.
Dan kita wajib percaya bahwa kejadian-kejadian yang hadir dalam kehidupan kita
pasti punya makna. Tidaklah Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini
dengan sia-sia.
Kalau Allah berkehendak, maka lima hari lagi kita akan bertemu dengan tahun 2016. Kita tidak tahu rencana apa yang Allah telah persiapkan untuk kehidupan kita di tahun 2016 nanti. Mengutip sebuah dialog yang terdapat dalam novel Pulang itu. “Seluruh masa lalu, hari ini, dan masa depan akan selalu berkelindan, kait-mengait. Esok lusa kau akan lebih memahaminya”.
Kalau Allah berkehendak, maka lima hari lagi kita akan bertemu dengan tahun 2016. Kita tidak tahu rencana apa yang Allah telah persiapkan untuk kehidupan kita di tahun 2016 nanti. Mengutip sebuah dialog yang terdapat dalam novel Pulang itu. “Seluruh masa lalu, hari ini, dan masa depan akan selalu berkelindan, kait-mengait. Esok lusa kau akan lebih memahaminya”.
Aamiin. (*)