Sabtu, 08 Januari 2011

Mengapa Tuhan Menciptakan Warna

Salam. Apa kabar? Semoga baik-baik saja. Saya pun sedang baik-baik saja. Saya berharap ini bukan kata-kata rutin untuk berbasa-basi setelah sekian lama tak berjumpa. Oh, iya.. sekarang saya tidak lagi di kotaku yang dulu. Coba tebak dimana. Ayo, coba.Ya.. ya.. saya lupa, saya lupa kalau di negara kita tercinta ini ada banyak kota. Akan membuang-buang waktu saja jika kita main tebak-tebakan. Lagipula kalaupun tebakan anda tepat belum tentu saya membenarkannya.

Hei, anda harus tahu kalau saya ke kota ini seorang diri. Saya naik pesawat. Ini kelima kalinya saya menaiki benda penemuan Wright bersaudara itu. Ini kota yang sama sekali baru buat saya. Memang sih namanya sudah tidak asing lagi, malah sangat terkenal. Anak SD pasti juga tahu. Saya kasih bocoran sedikit. Kota ini terdiri dari lima huruf. Saya lupa pahlawan siapa yang lahir di kota ini.

Hah, tak usah pusing-pusing. Begitu saja kok repot. Begini saja, soal dimana saya berada tidak begitu penting. Yang jelas sekarang saya sedang bersemangat. Saya ingin bercerita.

Saya sudah bilang tadi kan, kalau saya ke kota ini seorang diri. Namun sebelum saya meninggalkan kotaku yang dulu, saya sudah punya nomor hape siapa yang akan saya temui disini. Hari itu hujan turun sejak pagi. Saya berkemas-kemas. Jam 12.25 pesawat akan berangkat, itu tertera di tiket yang saya pegang. Hujan belum juga reda ketika saya meninggalkan tempat kostku. Saya berpamitan dengan teman-teman di kost-an. Sudah hampir jam 12. Saya naik ke taksi dan bilang ke pak sopir: "Penerbangan jam 12.25, masih dapat, kan?" Pak sopirnya tidak menjawab, mungkin ia ragu.

Di perjalanan menuju bandara saya dililit oleh rasa kedinginan. Oleh dinginnya suhu AC mobil, dinginnya cuaca yang sedang hujan, dan dinginnya aliran darahku yang dihinggapi kegugupan dan ketakutan akan ketinggalan pesawat. Di negara ini, pelayanan umum memang sering menjadi sorotan. Ada banyak hal yang selalu disoroti, salah satunya soal ketepatan waktu. Namun, dihari itu saya berharap agar pelayanan umum tadi tidak usah dibereskan dulu. Biarkanlah begitu adanya. Biarkanlah penundaan-penundaan pelayanan tetap terjadi. Sebab saya masih di jalan, bandara masih beberapa menit lagi.

Beberapa menit kemudian, saya bersyukur. Ketika menyebutkan kota tujuanku, petugas tiket berkata: "Oh, pesawatnya delay, Pak, masih transit di kota anu, belum ada konfirmasi kapan berangkatnya".
"Oh, begitu ya?", jawabku.

Nah, singkat cerita, pesawatnya berangkat. Informasi penundaan penerbangan sudah saya kirimkan kepada seseorang yang akan menjemputku di kota tujuan nanti. Secara fisik kami belum saling bertemu. Namun, melalui telepon kami sudah mengenal warna suara masing-masing. Saat tiba mendarat nanti, bagaimana saya mengenali penjemputku dan bagaimana dia mengenali saya. Ini masalah yang coba saya pecahkan selama di pesawat.

Tiba-tiba, setelah awak pesawat mengumumkan bahwa pesawat telah mendarat dengan selamat, sebuah sms masuk ke hapeku. "Bro, kamu pake baju warna apa?"

* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar