Musim
hujan sedang puncak-puncaknya. Penerbangan saya didelay beberapa jam. Tidak banyak barang yang saya
bawa. Hanya ada beberapa lembar pakaian, dua pasang sepatu, empat buah sampiran
baju, dan tak ketinggalan beberapa buah buku. Semuanya saya masukkan kedalam dua buah tas jinjing
kecil. Hingga akhirnya sembilan puluh menit setelah pesawat diberangkatkan saya
tiba di kota ini. Saya
ingat hari itu tanggal 11 Desember tahun 2010. Hari itu sudah sore dan hujan masih turun saja.
Hampir
dua tahun sudah saya belajar mengenal Manado. Mencoba menemukan hal-hal yang
bisa membuat saya mencintai kota ini.
Jalan 14 Februari adalah alamat saya yang pertama. Tidak akan sulit menemukan alamat itu. Disitu saya menyewa
sebuah kamar empat kali tiga pada sebuah Keluarga Advent. Advent adalah salah
satu aliran dalam Kristen yang melarang penganutnya untuk memakan babi. Di
rumah itu ada empat kamar yang disewakan. Selain di kamar sendiri, tak ada
privasi yang mutlak kita punyai. Tidak ada ruang tamu khusus, tidak ada ruang
nonton khusus, tidak ada kamar mandi khusus, tidak ada dapur khusus. Untuk ruang-ruang itu kami mesti berbaur, sepintar-pintarnya
kami menyesuaikan diri.
Keluarga
Advent ini punya lima orang anak. Yang tertua ketika itu baru kelas dua SMP.
Tiga orang masih duduk di bangku SD kelas 1, kelas 3, dan kelas 5. Yang bungsu
baru masuk TK. Sepulang dari kantor mereka biasanya menyambut saya di ruang
depan, lalu dengan hangat membalas ucapan selamat malam yang saya sampaikan. Kadang-kadang saya
menemani mereka mengerjakan PR sekolah. Kadangkala mereka juga menguji saya
dengan pelajaran bahasa Inggris yang hari itu mereka dapatkan di kelas. Tak mau
kalah, saya menguji balik dengan meminta mereka menyanyikan lagu 17
Agustus, dari awal sampai akhir tidak boleh ada lirik yang keliru.
Saya menyukai bocah-bocah tadi. Mereka
memanggil saya Om Luqman.
Di rumah itu tak
ada suasana kos-kosan. Di dalamnya saya menemukan
suasana rumah yang alami. Di dalamnya ada keributan anak-anak, entah itu karena
memperebutkan mainan, rengekan minta dibelikan jajanan, tangisan memperebutkan
remote tivi, hingga kemalasan pagi hari ketika hendak mandi untuk berangkat
sekolah. Sekali waktu saya juga akan menyaksikan petugas koperasi yang datang menagih cicilan pinjaman. Hampir tak ada kejadian di dalam rumah itu yang seolah
tidak ingin diperlihatkan.
Sekali
waktu saya pernah ditanya oleh Ibu Kost, apakah saya tidak merasa terganggu
oleh keributan anak-anak itu. Saya terus terang saja menjawab tidak terganggu.
Di keluarga saya, kami juga lima orang bersaudara dan juga hanya seorang perempuan,
dan kami hampir tumbuh bersamaan. Barangkali serupa itu pula keributan kami
ketika kecil dulu.
Di
keluarga Advent itu saya tinggal sebelas bulan lamanya. Saya terpaksa harus
pindah. Rumah itu ada yang menawar dan harganya cocok dengan yang diinginkan
keluarga itu. Mereka pindah, membeli sebuah
rumah kecil yang agak jauh dari pusat kota. Saya mencari tempat kost yang baru.
Sekarang
saya tinggal dengan keluarga Jawa. Di rumah ini juga ada 4 petak kamar yang
disewakan yang terpisah dengan rumah induk. Seandainya ruangan di dalamnya lebih banyak
dan lebih luas, maka mungkin akan lebih cocok disebut dengan rumah petak.
Kepada
pemilik kontrakan, tetangga-tetangga disini memanggilnya Pakde. Beliau punya
dua orang cucu dari anaknya yang juga tinggal di rumah ini. Cucunya baru
berumur beberapa bulan dan cucu yang tertua berumur lima tahun.
Oleh
cucu tertua inilah kamar saya biasa diacak-acak. Ada saja yang mau dipegang dan
diambil jika ke kamar. Pertanyaannya seribu satu macam. Apa ini. Ini apa. Apa
ini. Dan, oh.. rupanya dia paling tertarik dengan colokan listrik dan benda yang
bernama laptop itu. Akhirnya, setiap kali ke kamar bocah tadi selalu mencari benda itu.
Main gem.. om, main gem.
Kini, hampir dua tahun sudah saya belajar mengenal Manado. Mencoba menemukan hal-hal yang bisa membuat saya mencintai kota ini. Kota yang hari ini berusia 389.[]
Ditulis 14 Juli 2012, dihari Ulang Tahun Manado
dari sebuah kamar petak, Kelurahan Banjer, Manado
(agak sulit menemukan alamatku ini, kamu harus menelepon dulu kalau mau kesini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar