Waktu memang telah dini hari. Bukan tanpa sebab saya harus menyusuri jalanan di waktu seperti ini. Ada sesuatu yang mendesak. Sesuatu itu menjadi mendesak karena keengganan saya untuk tidak makan selama seharian. Maka tujuan saya kali ini adalah sebuah warung songkolo bagadang. Sebuah warung yang pernah saya kunjungi sekira 5 tahun lalu. Harapan saya, warung itu masih tetap berada ditempatnya yang dahulu, sehingga usaha saya memenuhi hasrat yang mendesak tadi tidak menjadi sia-sia.
Songkolo bagadang adalah kuliner khas Makassar. Terbuat dari beras ketan merah yang dikukus. Biasa dihidangkan bersama ikan teri kering yang digoreng dan kelapa parut yang disangrai, serta dengan sambal pedas secukupnya. Sederhana sekali.
Saya membeli 3 porsi. Seporsinya lima ribu rupiah. Masih hangat. Saya meminta agar dibungkus saja. Jalan pulang semakin lengang. Perut mendesak untuk ngebut. Saya pun sudah tak sabar. Ingin rasanya segera sampai dan menyantap songkolo bagadang tadi.
Ketika saya memposting tulisan ini, songkolo bagadang tadi masih tersisa sebungkus di atas meja. Jika sampai waktunya tiba dan belum juga ada yang mengeksekusinya, maka songkolo yang sebungkus itu akan saya embat juga. Tunggu saja.
Kalau Anda sempat berkunjung ke Makassar, sempatkanlah mencicipi kuliner ini. Tempat saya membeli songkolo bagadang yang saya ceritakan di atas tadi berada di persimpangan jalan Tamalate dan jalan Hertasning, depan kantor PLN. Walaupun disitu ada puluhan warung tenda namun Anda tidak akan sukar menemukannya, sebab warung songkolo bagadang hanya satu-satunya di tempat itu. Karena namanya juga bagadang, maka carilah dimalam hari.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar