Mari duduk yang manis. Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang buku. Tentang sesuatu yang disebut
sebagai jendela dunia. Sesuatu yang bisa menjadi sebaik-baik teman. Sesuatu yang dunia memperingatinya setiap tanggal 23 April. Dan memang buku itu adalah sesuatu.
Bercerita tentang buku, kami punya satu ungkapan ketika masih mahasiswa dulu
yang bisa menggambarkan tentang begitu berharganya sebuah buku. Ungkapan itu
bunyinya seperti ini: Orang bodoh adalah orang yang memiliki buku dan
meminjamkannya kepada orang lain, tetapi yang paling bodoh lagi adalah orang
yang dipinjamkan buku lalu ia mengembalikan buku itu.
Ketika
mahasiswa saya termasuk golongan orang yang paling bodoh yang disebutkan dalam
ungkapan di atas tadi. Waktu itu boleh dibilang kemampuan saya untuk membeli
atau memiliki buku adalah hampir sama dengan nol. Buku yang saya beli, hanyalah
buku-buku wajib matakuliah yang di dalamnya berisi modul-modul kuliah umum yang
kalau kita membeli buku-buku itu kita bisa memperoleh garansi untuk mendapat
nilai B. Selebihnya saya harus meminjam ke Senior-Senior atau ke perpustakaan kampus.
Konsekuensi dari meminjam ini adalah harus mengembalikannya. Dan jika meyakini
ungkapan di atas tadi, maka konsekuensi berikutnya adalah mengikhlaskan diri
untuk disebut sebagai orang yang paling bodoh.
Tapi
sudahlah, masa bodoh dengan ungkapan itu, wkwkwk. Mari kita lanjut.
Ketika
mahasiswa saya sering meminjam buku di perpustakaan kampus. Tapi anehnya
buku-buku yang saya pinjam lebih banyak berisi judul-judul yang tidak
berhubungan langsung dengan konsentrasi jurusan kuliah saya. (waktu kuliah dulu
saya mengambil jurusan matematika). Menurut ingatan saya, daftar buku yang
pernah saya pinjam diantaranya adalah buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer:
Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Panggil Aku Kartini Saja. Ada juga novel
karya Putu Wijaya: Putri. Lalu, novel karya NH. Dini: Namaku Hiroko. Saya juga
senang meminjam buku berisi renungan-renungan kehidupan yang ditulis oleh Gede
Prama. Buku-buku filsafat juga tak ketinggalan, serta buku-buku tentang
hidup sehat, tentang keorganisasian, dan juga kepemimpinan.
Dari
Senior-Senior ataupun Teman-Teman, selain novel atau buku cerita, saya juga
suka meminjam buku-buku tentang bagaimana mengenal kepribadian orang lain,
bagaimana bergaul dan mendapatkan teman, juga buku-buku agama Islam yang berisi
tuntunan praktek hidup sehari-hari.
Sedikit
sekali memang saya meminjam buku-buku yang berhubungan dengan disiplin ilmu
saya. Melihat kembali daftar buku bacaan saya ketika kuliah dulu mungkin saya telah
keliru memilih jurusan. Saya barangkali akan lebih pas jika kuliah di jurusan
sastra ataupun sejenisnya.
Tapi
sepertinya ini bukan soal keliru ataupun tidak keliru memilih jurusan. Ini
lebih kepada persoalan minat baca. Dan saya rasa tidak ada mahasiswa sastra
yang memilih buku matematika untuk dibaca saat santai sambil ngopi atau
ngeteh. Karenanya saya bersyukur pernah berkuliah di jurusan matematika.
Sehingga kalau pikiran sedang badmood, atau kalau lagi mau bersantai saya bisa
membaca sebuah buku dengan tema-tema kehidupan.
Hal
ini pun terbawa-bawa sampai sekarang. Saat volume pekerjaan yang datang
kadangkala menguras pikiran, saya biasanya akan melarikan diri ke dalam
halaman-halaman buku bacaan. Dan biasanya ada saja pencerahan-pencerahan baru
yang saya dapatkan setelah berdiam diri beberapa saat dalam halaman-halaman
buku. Besoknya pikiran fresh kembali.
* *
*
Saya
pernah punya buku catatan kecil. Semacam diary begitulah. Disitu saya pernah
menuliskan daftar 100 cita-cita sederhana yang ingin saya raih. Itu sembilan
tahun yang lalu. Sekarang beberapa dari daftar itu sudah tercapai. Seperti
misalnya saya ingin bertemu dan bersalaman dengan Presiden Indonesia, atau saya
ingin bisa menyetir mobil. Dan cita-cita ingin mempunyai perpustakaan
kecil di rumah sepertinya juga perlahan mulai mewujud. Memang saat ini koleksi
judul buku yang saya punya belum bisa dibilang banyak, tapi untuk dibilang
sedikit juga tidak layak. Program sebulan sebuah buku sepertinya tidak sukar
untuk saya jalankan dimasa-masa sekarang. Sehingga untuk tahun ini insya Allah buku-buku
tadi akan bertambah 12 judul, tahun depan 12 judul, dan akan bertambah lagi 12
judul, begitu setiap tahunnya.
Berteman
dengan buku saya jadi tahu bahwa ada buku-buku yang kita cukup hanya membacanya
sekali, ada yang beberapa kali, ada yang berulang-ulang, dan ada yang setiap hari.
Saya juga bisa mengerti kenapa orang yang mau meminjamkan bukunya disebut
sebagai orang bodoh. Dan, orang paling bodoh lagi adalah yang mau mengembalikan buku pinjamannya.
Makanya,
biar tidak terjebak dalam lingkaran kebodohan itu saya akan memilih
memberikannya ketimbang meminjamkannya. Atau, saya akan membeli sebuah buku
lagi dengan judul yang sama kemudian saya pinjamkan.
Atau, saya akan meminjamkan sebuah buku dan sebagai gantinya saya meminta dipinjamkan sebuah buku yang lain. Hal ini untuk sekedar berjaga-jaga siapa tahu kita adalah murid dari perguruan silat yang sama, orang bodoh sekaligus orang paling bodoh. Wkwkwk. (*)
Atau, saya akan meminjamkan sebuah buku dan sebagai gantinya saya meminta dipinjamkan sebuah buku yang lain. Hal ini untuk sekedar berjaga-jaga siapa tahu kita adalah murid dari perguruan silat yang sama, orang bodoh sekaligus orang paling bodoh. Wkwkwk. (*)
(Catatan ini sebagai pengingat Hari Buku tanggal 23 April kemarin. Maaf terlambat, hehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar