Di kantor, saya punya seorang teman. Kami biasa memanggilnya Sam. Setiap hari dia mesti datang paling awal dan pulang paling belakangan. Sam mempunyai tugas menyiapkan segala kebutuhan staf kantor sedemikian sehingga para staf merasa nyaman untuk beraktifitas. Mulai dari membersihkan ruangan, mengelap debu di atas meja kerja, menyiapkan keranjang sampah di beberapa sudut ruangan, hingga menyiapkan teh atau kopi hangat dan segelas air putih untuk masing-masing staf. Untuk urusan teh dan kopi hangat ini, si Sam menyiapkannya dua kali, sekali dipagi hari dan sekali disore hari.
Selain tugas-tugas pokok tadi, si Sam juga mempunyai tugas lainnya. Memfotocopy berkas-berkas kantor yang akan diarsipkan, dan membayar tagihan kantor. Jika ada staf yang datang ke kantor dan belum sempat sarapan, maka biasanya si Sam ini yang akan diminta untuk membelikan sarapan buat si staf tadi. Tidak jarang pula si Sam diminta untuk membantu urusan-urusan pribadi para staf kantor. Harus kesana dan harus kesini.
Lalu, pada suatu sore setelah jam kerja, kami menonton sebuah film yang begitu imajinatif. Di film itu ada tokoh yang bertangan empat. Menonton film ini, saya berkata kepada si Sam, bagaimana seandainya jika si Sam juga bertangan empat? Saya berpikir pasti pekerjaannya akan lebih mudah. Misalnya dipagi hari, sepasang tangan menyiapkan teh hangat dan sepasang lagi menyeduh kopi.
Namun, si Sam punya keinginan lain. Seandainya bisa, katanya, maka kelebihan yang ingin ia miliki adalah kemampuan untuk berada disuatu tempat hanya dengan memikirkan tempat itu. Misalnya, kalau ia diminta ke bank untuk membayar tagihan, maka ia cukup memikirkan bank itu lalu tibalah ia di bank tadi. Ia tidak butuh kelebihan yang lain, seperti itu sajalah, katanya. Itu akan memampukan ia untuk menolong pekerjaan banyak orang, katanya lagi.
Wajar saja menurut saya, jika si Sam menginginkan seperti itu. Karena memang ssering kali ia harus mobile untuk mengerjakan dan mengantar ini itu kesana kemari.
Saya pun secara pribadi sering menginginkan punya kelebihan-kelebihan yang tidak saya miliki kini. Kelebihan-kelebihan yang barangkali jika saya mulai mempelajarinya sekarang maka waktunya telah terlambat, dan barangkali bakat saya tidak ada disitu.
Untuk itu, daripada fokus terhadap kemampuan yang tidak saya miliki, lebih baik saya menguatkan kemampuan yang sudah ada pada diri ini. Salah satunya seperti ini, menulis. Selamat menulis.
* * *
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar