Minggu, 12 September 2010

Perjalanan dari malam ke malam

Saat ini saya sedang berada di tanah kelahiranku, Raha. Seperti biasa, sejak merantau ke Makassar 8 tahun lalu, mudik Lebaran telah menjadi agenda khusus. Tiga tahun terakhir ini, alhamdulillah saya bisa merutinkannya setahun sekali.

Dengan menumpang kapal laut, perjalanan ke kotaku ini akan menempuh waktu kurang lebih 15 jam. Namun pada kepulangan kali ini, saya menumpang kapal yang lajunya sedikit lebih lambat. Dengan menempuh waktu 27 jam akhirnya pada pukul 12 malam pada dua hari sebelum lebaran saya berlabuh di pelabuhan Raha. Saya menyebut mudik kali ini sebagai perjalanan dari malam ke malam.

Melalui pengeras suara dari kantor pelabuhan, kami disambut alunan lagu dari sebuah radio tape. Lagu itu dinyanyikan oleh suara serak seorang perempuan muda. Mungkin banyak yang tidak peduli. Tetapi barangkali ada juga yang tersentuh disinggung lagu itu.

Mesin kapal telah dimatikan. Perlahan kami merapat ke dermaga. Tali kapal dilemparkan untuk kemudian ditangkap oleh beberapa orang yang telah menunggu di dermaga. Tangga kapal belum juga diturunkan. Satu persatu penumpang mendekati pintu tangga, berdesakan dan mencoba untuk mengantri. Namun tampak dari wajah-wajah itu bahwa perasaan hampir tak bisa lagi diajak bersabar. Dermaga telah disesaki oleh para penjemput. Jumlahnya mungkin tiga kali lebih banyak dari penumpang yang akan turun. Teriakan mulai terdengar bersahut-sahutan. Dari atas kapal. Juga dari dermaga. Jika si penumpang melihat sosok penjemputnya berdiri di dermaga, maka ia akan meneriakinya. Jika si penjemput melihat sosok yang akan dijemputnya berdiri di dek kapal, maka ia akan meneriakinya. Begitulah biasanya. Begitulah adanya hingga tangga kapal diturunkan.
 
Saya pun mengambil posisi diantara penumpang yang akan turun. Turut terdesak, turut berdesakan. Lagu tadi masih tetap mengalun. Suara serak perempuan tadi masih tetap menyanyikan bait-bait di lagu itu.

Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berganti
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara
.......

Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar