Selasa, 30 September 2014

Di Penghujung September

Sekitar empat tahun yang lalu, ketika saya dan beberapa teman masih mengurusi usaha warnet kecil-kecilan, hampir di setiap pagi di akhir pekan di depan warnet melintas anak-anak hingga orang-tua yang asyik mengayuh sepeda.

Ketika itu, bagi kebanyakan orang, pagi adalah saat untuk memulai hari. Tapi bagi kami, pagi adalah waktu untuk memulai tidur. Sebelum aktifitas tidur-pagi dimulai saya biasanya menyapu terlebih dahulu ruangan warnet, membersihkan asbak-asbak rokok di setiap bilik, mengepel lantai, hingga menyapu halaman depan ruko kontrakan kami.

Saat menyapu halaman depan ruko itulah saya sering menyaksikan keasyikan orang-orang yang bersepeda. Sempat muncul pertanyaan di benak saya, kapan ya saya bisa asyik bersepeda menikmati pagi seperti orang-orang tadi.

Waktu berputar, akhirnya saya pun punya sepeda. Malah ketika sebenarnya saya sudah mampu untuk mencicil motor, justru sepedalah yang pertama saya beli. Tapi bukankah hidup ini memang punya tahapan? Bukankah motor itu adalah sepeda yang bermesin, makanya ia disebut sepeda-motor? Kalau begitu, apa yang saya lakukan sudah sesuai dengan tahapan tadi, beli dulu sepedanya, baru beli motornya. Heheh. Dan, Alhamdulillah, setelah membeli sepeda, akhirnya saya dimampukan pula untuk mencicil motor.

Pagi tadi adalah rekor tercepat saya memulai bersepeda. Biasanya jam enam saya baru keluar kompleks. Tapi pagi tadi jam setengah enam saya sudah siap meluncur. Headset sudah terpasang di telinga. Instrument Mozart dengan volume yang lembut sudah siap mengiringi setiap putaran roda.

Sebulan terakhir ini saya memang hampir setiap pagi bersepeda, sampai-sampai tetangga kamar di kost-kostan berkomentar: wah tiap pagi olah raga Mas ini. Lalu saya jawab saja dengan enteng: itulah enaknya kalau bangun lebih pagi Mas. Lalu saya pun berlalu mengayuh sepeda hingga tahu-tahu beberapa saat kemudian saya sudah menyusuri jalan-jalan kota yang masih lengang.

Salah satu manfaat bersepeda adalah untuk kesehatan jantung. Selain itu juga dapat menguatkan otot paha dan otot pernapasan di perut. Perbedaannya dapat kita rasakan saat kita menaiki tangga di kantor, misalnya. Begitu menurut pengakuan teman saya yang berhasil saya provokasi untuk membeli sepeda.

Kalau menurut saya, bersepeda itu bisa menambah kebahagian kita. Sebenarnya bukan hanya bersepeda, tetapi segala jenis olah raga bisa menambah kebahagiaan kita. Pasalnya, karena saat berolah raga terjadi peningkatan produksi hormon yang berhubungan dengan kebahagiaan. Bersepeda juga bisa menambah rasa syukur kita, ini juga menurut saya. Apalagi jika bersepeda di pagi hari. Karena disaat orang lain mengisi pagi dengan terburu-buru mengejar jam sekolah atau jam kantor, kita masih berkesempatan menyusuri pagi dengan santai sambil menikmati setiap kayuhan sepeda.

Setiap kita barangkali punya pagi yang sama. Tetapi tidak setiap kita diberikan rasa nikmat yang sama pada pagi kita. Mungkin disinilah rasa syukur itu bekerja. Seperti janji Tuhan kita. Siapa yang bersyukur maka akan ditambahkan nikmat kepadanya. Jangan salah, kata "ditambahkan" disini jangan selalu dilihat dari segi kuantitas atau jumlahnya. Kita bisa keliru kalau melihatnya dari sisi itu.

Kata "ditambahkan" disini barangkali lebih sering berhubungan dengan kualitas. Kita barangkali sama-sama sebagai seorang karyawan dengan besaran gaji yang sama, tetapi nikmatnya kita menjadi karyawan boleh jadi berbeda. Kita barangkali sama-sama mengendarai motor kalau ke kantor, tetapi nikmatnya naik motor kita boleh jadi tidak sama.

Atau, kita sama-sama berada di penghujung September, tetapi nikmatnya ....
Silahkan lanjutkan sendiri saja. (*)

* * *

Kamis, 11 September 2014

Pekerja Malam

Seluruh peluh luruh
Dibasuh wudhu subuh

* * *