Kamis, 29 Desember 2011

sendal jepit

#kepada AAL

adalah sendal jepit
sesuatu yang paling berharga dimusim hujan
makanya, ada yang begitu marah ketika
sendalnya kau curi

kau tahu kan
seberapa panjang lima tahun itu
kau akan melewati lima musim hujan
kau akan menghabiskan seribu sendal jepit

(lq)

Senin, 26 Desember 2011

sementara ini hanya namanya yang ia izinkan menghuni pikiranku

Ada hal-hal di dunia ini yang perlu kita percayai tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu. Adapula yang sebaliknya, kita mempercayainya setelah membuktikannya.

Kepercayaan tadi bisa menghuni pikiran kita melalui panca indra yang kita miliki. Kita percaya bahwa gula itu manis melalui lidah kita. Kita percaya bahwa api itu panas melalui kulit kita. Kita percaya bahwa lagu-lagu Ebiet G. Ade menyentuh melalui telinga kita, kita percaya bahwa sayur segar itu berwarna hijau melalui mata kita. Kita percaya bahwa bangkai itu busuk melalui hidung kita.

Kepercayaan-kepercayaan yang kita dapat melalui panca indra tadi tidak serta merta bisa menjadi kepercayaan bagi orang lain, apalagi jika orang lain tersebut belum pernah sama sekali mengalami pengalaman yang kita alami. Misalnya saja, kita tidak bisa memaksakan kepercayaan bahwa api itu panas kepada seorang anak kecil sampai anak tadi membuktikannya sendiri.

Namun, ada kepercayaan-kepercayaan yang bersifat umum. Kepercayaan ini kita peroleh dari pengalaman orang lain. Karena sifatnya yang ekstrim, sehingga kepercayaan tadi bisa menjadi kepercayaan kita tanpa ada dorongan untuk membuktikannya. Contohnya, kita percaya bahwa bisa cobra itu mematikan karena kita pernah melihat ada orang yang mati setelah digigit ular cobra. Atau, kita percaya bahwa melompat dari lantai 3 sebuah gedung bisa menyebabkan patah tulang tanpa harus mencobanya.

Terlepas dari mana kita mendapat kepercayaan itu, bahasa adalah penghantarnya. Entah itu bahasa berupa bau, bahasa cahaya, bahasa rasa, bahasa bunyi, atau pun bahasa suhu. Tak terkecuali kepercayaan akan adanya Tuhan. Itulah sebabnya untuk mengkomunikasikan diri, Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya, dan melalui penciptaan langit dan bumi beserta isinya. Wahyu Tuhan kepada Nabi tadi dituang kedalam Kitab Suci yang biasa kita sebut dengan ayat Qauliyah. Sedangkan Bahasa Tuhan melalui ciptaan-Nya biasa kita sebut dengan ayat Kauniyah.

Aktifitas Berbahasa (mendengarkan, mengamati, merasakan, memahami) inilah kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Dengan kemampuan ini manusia yang satu bersosialisasi dengan manusia yang lain. Dari sosialisasi tadi terbentuklah kebiasaan. Dari kebiasaan tersebut berkembang menjadi kebudayaan. Dan diujungnya lahir sebuah peradaban.

Salah satu wujud bahasa adalah kata-kata. Dengan penggunaan kata-kata yang tepat, kita bisa membentuk kepercayaan pada orang lain agar mereka bergerak, melakukan kebiasaan-kebiasaan positif. Di ruang inilah para motivator bekerja mempengaruhi. Lewat kata-kata mereka membagikan pengalaman berharga agar kita bertindak, agar kita percaya.

Percaya atau tidak percaya, sekarang ada seorang perempuan yang telah mau mengizinkan namanya masuk ke pikiranku. Baru hanya namanya memang. Namun, boleh jadi kelak ia bersedia membuat saya percaya dengan kata-kata ini: “Dibalik kesuksesan seorang laki-laki terdapat seorang isteri yang hebat.”

Bolehlah mendoakan saya, mendoakan kami.

* * *

Jumat, 23 Desember 2011

Mengukur nilai dari kerja keras

Dengan apakah kita mengukur nilai sebuah kerja keras? Dengan seberapa banyak keringatkah? Dengan seberapa banyak income-kah? Dengan seberapa banyak investasikah? Atau, dengan seberapa banyak senyum diakhir tahun?

Soal kerja keras ini, didalam keyakinan saya, Islam, dipesankan bahwa: "Apabila engkau memiliki sebiji kurma di tanganmu maka tanamlah, meskipun besok akan kiamat, semoga engkau mendapat pahala". (Al Hadits)

Kerja keras, dengan apakah kita mengukurnya?