Minggu, 22 Desember 2013

Di Italia ada Inter Milan

Saya mau bilang begini. Kepada sesama kita yang menyukai sepakbola. Barangkali kita tak harus ngefans sama semua klub bola. Satu saja sudah cukup menurut saya. Walaupun ada banyak klub bola yang bagus-bagus. 

Tujuan yang paling masuk akal kenapa kita tak harus ngefans sama semua klub bola yang bagus-bagus itu adalah agar kita tidak selalu begadang setiap minggunya menunggui siaran pertandingan klub-klub itu.

Coba bayangkan, malam minggu sudah ada banyak siaran langsung dari berbagai liga di Eropa sana. Sejak mulai lepas isya sampai menjelang subuh. Besok malamnya lagi, malam Senin, juga tidak kalah banyaknya pertandingan-pertandingan yang disiarkan. 

Itu baru pertandingan akhir pekan. Belum lagi pertandingan tengah pekan, hari Rabu dan Kamis.
Oleh karena itu, memang ada baiknya kita cukup ngefans sama satu klub bola saja.

Eh, ngomong-ngomong di Italia sana ada Inter Milan. Itu kesebelasan fanatik saya. Heheh.

* * *

Iwan Fals - Lagu Satu

Jalani hidup tenang tenang tenanglah seperti karang
Sebab persoalan bagai gelombang
Tenanglah tenang tenanglah sayang
..........

Jumat, 13 Desember 2013

Senyum Sepoi-Sepoi


Senyum sepoi-sepoi itu barangkali seperti angin. Yang masuk dari celah-celah fentilasi di atas jendela kamar kita. Yang menyentuh ujung kaki kita, atau ujung jari kita, atau ujung hidung kita, atau apa saja dari bagian tubuh kita yang lolos dari dekapan selimut saat pagi hampir berlalu.

Senyum sepoi-sepoi itu barangkali seperti angin. Yang berlari di atas pematang sawah. Yang berkejaran susul-menyusul dengan belalang di sela-sela batang padi yang bijinya hampir menguning. Yang singgah di pundak para petani dan berbisik lembut pada telinga mereka, mengabarkan bahwa jam makan siang telah tiba.

Senyum sepoi-sepoi itu barangkali seperti angin. Yang menguapkan peluh di bibir secangkir teh yang sore.

* * *

Rabu, 04 Desember 2013

Apalah Artinya Sebuah Nama

Nama saya Luqman. Tapi saya seringkali dipanggil tidak dengan nama itu. Beberapa teman di kantor ada yang lebih suka menyapa dengan Pak Lucky. Awalnya saya kurang nyaman pada sapaan nama itu. Sebab, saya jadi terdengar lebih tua. Tapi lama-lama, saya pikir-pikir, santai sajalah. Bukannya lucky berarti beruntung? Berarti kalau ada yang menyapa saya dengan Pak Lucky itu sama saja dengan mereka bilang "hai Pak yang beruntung.." Bukankah ada yang bilang nama adalah doa? Kalau begitu setiap kali saya disapa dengan nama itu, maka setiap kali itu juga saya didoakan mendapat keberuntungan. Eh, eh.. tapi jangan lupa, keberuntungan harus pula dibuat mengalir kepada orang-orang di sekitar kita, kepada lingkungan kita.

Tapi seingat kepala ini, panggilan Lucky sepertinya bukan saja baru sekarang saya dengar ditujukan kepada diri ini. Waktu jaman SD dulu, saya juga pernah dipanggil dengan nama Lucky Luke. Waktu itu pas lagi jamannya film Lucky Luke. Seorang koboi yang menggoreng telur di atas batu. Seorang koboi yang kecepatan tangannya memainkan pistol lebih cepat daripada bayangannya.

Kemudian pas SMP, teman-teman memanggil saya dengan nama Luken. Saya tidak tahu juga apa artinya nama itu. Panggilan Luken ini masih lekat sampai sekarang. Terutama oleh teman-teman dekat saya. Kalau suatu waktu kamu mendengar seseorang memanggil dengan nama ini, kamu jangan ragu menduga kalau orang tersebut pastilah teman akrab saya. Aha, beberapa lama kemudian saya mengartikan sendiri nama Luken itu. Lu itu artinya kamu, ken itu asal kata can artinya mampu/bisa, sehingga Luken artinya kamu bisa. Nah, bagaimana? Boleh seperti itu kan?

Eh, ternyata belum selesai sampai disitu. Pas kuliah, saya dapat panggilan baru lagi. Kali ini panggilan itu lebih punya hubungan dengan nama asli saya. Lumbah. Singkatan dari Luqman Bahri. Saya masih ingat, waktu kuliah dulu, dalam satu angkatan saya se-fakultas terdapat 3 orang yang bernama Luqman atau Lukman. Ada Lukman Ali jurusan fisika. Ada Lukman Masnur yang jurusan Matematika. Dan saya yang di Statistika.

Teman saya yang Lukman Masnur tadi kemudian lebih sering dipanggil dengan sapaan Lumas. Sedangkan yang Lukman Ali barangkali tetap Lukman. Atau barangkali, memang sudah budaya kita yang suka mempendek-pendekkan nama panggilan. Teman saya yang lain yang namanya Adi Kurniawan biasa dipanggil Adi Kure. Purnama dipanggil Pure. Ahsan dipanggil Aca. Dan masih banyak lagi.

Kembali ke panggilan Lumbah tadi. Ada beberapa teman yang kalau lagi bercanda biasa memanggil dengan si Lumbah-Lumbah. Tapi anehnya saya tidak marah. Yang pertama, karena mungkin teman saya yang memanggil itu memang teman akrab yang bisa saya candai balik juga. Yang kedua, barangkali karena saya langsung mengasosiasikan kata lumbah-lumbah itu dengan hewan yang hidupnya di air, yang suka menolong itu, yang katanya kalau dalam pelayaran kita melihat lumbah-lumbah berenang di permukaan air maka berarti pelayaran kita akan aman. Saya langsung mengasosiasikannya ke hewan air tadi. Hewan yang suka menolong itu. Sesama teman, bukankah memang harus saling menolong?

Ini masih soal nama pula. Memiliki nama ternyata tidak cukup sampai disitu saja. Kita juga mesti tahu bagaimana memperkenalkan nama kita.

Memperkenalkan nama ini ternyata ada seninya juga. Biar orang yang kita beritahu gampang mengingatnya. Tidak sekedar menyebutkan nama saja.

Tentang seni perkenalan nama ini, saya paling suka cara yang dipakai oleh senior-senior saya waktu kuliah dulu. Cara ini juga yang biasa saya pakai untuk mempekenalkan diri terutama pada acara-acara malam keakraban dengan mahasiswa baru.

Kami biasa memulai perkenalan dengan seperti ini. Nama saya Luqman, lengkapnya Luqman Bahri. Teman-teman biasa memanggil Luqman atau Lumbah, ada yang memanggil Kanda Luqman, ada yang memanggil Kak Luqman, tapi sebenarnya saya lebih suka kalau dipanggil makan.

Biasanya setelah perkenalan singkat itu, suasana menjadi cair. Dari situ barulah kita mulai membahas tentang bagaimana kehidupan kampus itu, bagaimana melewati tahun pertama kuliah, bagaimana mengenal seluk-beluk kampus, dan pembahasan lainnya tentang kampus.

Tapi jujur, tentang apa arti nama Luqman Bahri, mengapa orang tua saya memberikan nama itu, belum sekalipun saya menanyakannya kepada Bapak atau Mamak. Saya hanya menduga-duga, kalau keinginan orang tua saya dengan nama Luqman itu adalah agar saya bisa meneladani seseorang yang di dalam Alqur'an diabadikan namanya menjadi nama sebuah Surah. Seseorang yang menasehati anaknya agar tidak berkata  ah kepada kedua Ibu Bapaknya, apalagi berlaku kasar.

Akhirnya, mereka yang bertanya apalah arti sebuah nama, maka mestilah juga diingatkan pada peribahasa ini:  bahwa manusia mati meninggalkan nama. Dan, nama disini tidak hanya berarti beberapa kata yang tertera di KTP. Nama itu bisa berupa wajah ceria kala menjumpai saudara kita. Menjadi tetangga yang baik. Dan masih banyak lagi.

* * *

Minggu, 01 Desember 2013

Ini Bulan Desember

Baik merangkak, berjalan, berlari, maupun terbang, kita membutuhkan 30 hari lamanya untuk sampai dari pangkal November menuju pangkal Desember. Dan apa-apa yang kita temui di bulan ini pasti selalu ada embel-embel Desembernya. Mulai dari pengingat tanggal di handphone. Karcis yang kita terima dari penjaga parkir mall. Struk belanja. Surat-menyurat di kantor. Struk penarikan uang di ATM. Hingga senyum manis pramugari yang menemanimu pada penerbangan tiga puluh lima ribu kaki di atas permukaan laut.

Ini bulan Desember. Mari lihat apa-apa yang bisa kita petik di bulan ini. Bismillah.

* * *