Rabu, 23 November 2016

Kebaikan-kebaikan sederhana

Hari ini saya banyak mendapat kebaikan-kebaikan sederhana dari orang lain.

Siang tadi, pas mau bayar makan siang di warung langganan saya, uang terkecil di dalam dompet hanyalah dua belas ribu, padahal harga makanan saya tiga belas ribu. Saya ingin membayar dengan uang yang lebih besar, tidak ada kembalian. "Nanti saja Mas seribunya, nanti makan berikutnya lagi", kata si Penjaga Warung.

Setelah makan, saya singgah di Tukang Tambal Ban. Saya hendak melakukan perjalanan motor ke kabupaten sebelah. Ban belakang motor saya sedikit kempes, mau saya tambah anginnya. Ceritanya hampir sama dengan di warung makan sebelumnya. Si Tukang Tambal Ban juga tidak punya uang kembalian. "Dibawa saja dulu duitnya Bang, nanti kalau lewat sini lagi baru dibayar", kata Si Tukang. Alhamdulillah, perjalanan saya ke kabupaten sebelah berjalan mulus dan urusan saya disana juga berjalan lancar. Saya tiba kembali di Manado menjelang maghrib.

Melakukan perjalanan motor ternyata bikin lapar. Malam ini saya singgah di gerobak nasi goreng milik teman kost saya dulu waktu masih indekos. Saya memesan nasi goreng putih pakai telur dadar, tidak pakai kecap, tidak pakai saus, tidak pakai vetsin. Saya makan lahap sekali, tak sebiji nasi pun tersisa di piring. Eh, pas mau bayar, teman ini tidak mau mengambil uang saya. "Dipakai buat beli bensin aja uangnya, Bang", kata teman saya itu.

Setelah dari makan nasi goreng, saya mampir sebentar ke kantor hendak mengambil carger hape yang ketinggalan. Saat mau pulang, teman-teman juga datang dari acara menjamu makan malam Bos dari Kantor Pusat. Eh ternyata, saya kebagian sekotak ikan woku hangat khas Manado. "Pak Luq, ini buat dibawa ke rumah", kata teman saya.

Di perjalanan pulang ke rumah, saya bertanya-tanya, kenapa begitu banyak kebaikan-kebaikan tak terduga yang saya terima hari ini. Lalu saya, kebaikan-kebaikan apa yang sudah saya lakukan hari ini? (*)