Sabtu, 30 Juni 2012

Masyarakat yang mengidolakan kecepatan dan kemudahan


“Kalau kita kehilangan uang kita kehilangan sedikit, kalau kita kehilangan kesehatan kita kehilangan banyak, kalau kita kehilangan kepercayaan kita kehilangan segalanya”.

* * *


Saya selalu mengingat kalimat itu. Setiap kali kegiatan-kegiatan kemahasiswaan diadakan, kalimat itu selalu diulang-ulang oleh Ketua Jurusan saya ketika mahasiswa dulu. Hingga akhirnya saya pun di wisuda, kalimat tadi tetap tersimpan. Inilah mantra sakti yang saya peroleh dari kampus, selain teori-teori  ilmiah lainnya.

Ya, dengan diwisuda ada banyak kepercayaan yang kita jaga. Kepercayaan orang tua kepada kita. Kepercayaan guru-guru kita. Kepercayaan teman-teman kita. Dan terutama kepercayaan kita kepada diri sendiri. Ternyata anak saya mampu membuktikan bahwa ia mampu sarjana. Ternyata siswa saya mampu. Ternyata teman saya mampu. Ternyata saya mampu.

Diantara kepercayaan-kepercayaan itu sebenarnya, kepercayaan dari orang tualah yang paling berat saya jaga. Betapa tidak, orang tua telah rela memberikan kepercayaannya sehingga dengan yakin keduanya berani melepas saya merantau ke daerah orang untuk melanjutkan kuliah, menjadi mahasiswa. Keduanya juga menyiapkan segala sarana penunjang untuk mendukung proses kemahasiswaan saya. Oh, betapa beruntungnya diri ini.

Saya masih mengingat sebelum merantau kuliah terlebih dahulu saya dibukakan sebuah nomor rekening bank. Rekening inilah yang merekam dan mencatat berapa banyak subsidi yang telah disalurkan kedua orang tua saya selama menjalani masa-masa kuliah. Dukungan doa mungkin lebih banyak lagi, hanya saja saya tak bisa melihat rekaman-rekaman doa yang dikirimkan ke saya, biarlah Allah yang mencatatnya dan membalasnya.

Sampai sekarang saya masih menggunakan nomor rekening bank tersebut. Dengan tetap menggunakan rekening itu saya bisa bernostalgia ke masa-masa kuliah dulu. Mengingat masa-masa perjuangan meraih gelar sarjana. Mengingat masa-masa perjuangan orang tua membiayai kuliah saya. Mengingat pengorbanan yang telah mereka berikan hingga hari ini.

Sekarang saya memiliki beberapa rekening bank. Salah satu diantaranya adalah rekening BCA. Tujuan awal saya ketika membuka rekening BCA adalah untuk mendapatkan kemudahan transaksi saat melakukan pembelian secara online. Berhubung diawal-awal ketika telah diwisuda, saya dan beberapa orang teman menjalankan usaha warnet. Setiap hari kami selalu berhadapan dengan komputer dan berselancar di internet mencari tahu bisnis apa yang bisa dijalankan secara online. Dan setiap transaksi online di internet selalu saja ada rekening BCA yang dicantumkan oleh pemilik produk.

Sebagai anak muda, memiliki rekening bank sudah merupakan salah satu kebutuhan bagi saya. Melalui rekening ini saya menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung guna menunjang rencana masa depan yang saya cita-citakan. Punya rumah sederhana dengan keluarga bahagia di dalamnya. Punya perusahaan sendiri dengan karyawan yang bekerja dengan hati tersenyum. Dan terlebih lagi, masa depan dengan kebebasan finansial diusia muda. Hidup yang sejahtera dan bermanfaat bagi orang lain.

Saat ini sebuah bank tidak bisa hanya sekedar mengajak masyarakat agar beramai-ramai menyimpan uangnya di bank. Fungsi bank untuk menabung adalah fungsi bank zaman dulu. Fungsi ini tetap perlu tetapi tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan perbankan. Di era teknologi saat ini yang berkembang pesat dan serba memberikan kemudahan-kemudahan bagi kita, telah ikut pula mendorong masyarakat mengidolakan kecepatan dan kemudahan. Apa-apa maunya cepat. Apa-apa maunya mudah. Kecepatan dan kemudahan seperti ini yang mesti diakomodir oleh bank dalam menciptakan produk-produk perbankan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Informasi layanan dan produk perbankan tadi juga harus mudah diakses oleh masyarakat. Kemudahan ini bisa berarti bahwa kita sebagai masyarakat tidak lagi harus ke bank bertatapan muka face to face dengan costumer service untuk bisa mendapatkan informasi layanan dan produk suatu bank. Untunglah, saat ini masyarakat telah mengenal istilah-istilah seperti internet dan website. Pihak bank dapat memanfaatkan sarana website ini untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas dan real time. Melalui website ini pihak bank bisa menyajikan penjelasan-penjelasan produk layanan dan tips-tips perbankan kepada masyarakat luas. Saya kira layanan dengan website ini telah dilakukan oleh BCA dengan peluncuran websitenya www.bca.co.id.

Ngomong-ngomong tentang rekening BCA yang saya miliki, salah satu kelebihan dari layanan perbankan yang diberikan adalah adanya ATM Setoran Tunai. Layanan ini sangat memudahkan saya, terutama karena saya yang bekerja disektor swasta yang kadang-kadang pemasukannya datang tak mengenal waktu dan hari kerja. Sehingga bila transaksi terjadi pada hari libur saya bisa langsung menyetorkannya melalui atm setoran tunai tadi. Tentu saja, atm setoran tunai ini hanyalah salah satu kemudahan yang diberikan oleh layanan BCA. Anda bisa mencari tahu kemudahan-kemudahan lainnya dengan mengunjungi www.bca.co.id.

Akhirnya, pihak bank memang harus mampu menjadikan dirinya sebagai pemberi solusi perbankan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang menginginkan kecepatan dan kemudahan. “Berikan kami kecepatan, berikan kami kemudahan, maka kami akan memberikan kepercayaan kepada Anda”, begitu keinginan kami. "Anda mampu, kan?"

* * *

Jumat, 29 Juni 2012

Di tikungan jalan itu saya diberitahu harga gula naik

Selain berita kekalahan Jerman dari Italy di semifinal Euro subuh tadi, kabar lain apa lagi pagi ini? Saya tahu Anda yang mendukung Jerman pasti masih merasakan sesak atas kekalahan itu. Cuman saya tidak tahu apakah kabar berikut ini akan membagaimanakan Anda. Kabarnya harga bubur kacang ijo yang ada di tikungan jalan itu telah naik. Harga gula naik, begitu kata Mas Abang yang menjual.

Akhirnya kita tahu. Walaupun Jerman kalah, walaupun harga gula naik, kita tetap butuh sarapan. Kita masih bisa sarapan. Alhamdulillah yah, kata Syahrini.

* * *

Senin, 25 Juni 2012

google319b73381ee388d6

Saya harap anda tidak berlama-lama di posting ini. Atau, anggap saja posting dengan judul google319b73381ee388d6 ini tidak ada. Sekarang saya lagi memaintenance blog ini. Salah satu tahapan yang harus saya lakukan adalah memposting satu tulisan. Saya tak tahu harus menulis apa. Sehingga inilah yang saya tulis. Hehe..

Saya lanjut dulu ya dengan maintenancenya.




Sabtu, 23 Juni 2012

Hidup yang sementara

Pernahkah kamu mengalami. Tiba-tiba saja kita mendengar kabar dari orang-orang yang kita kenal tentang kelahiran anak mereka. Hari ini anak si A, besok anak si B, besoknya lagi anak si C. Kabar itu datang berdekat-dekatan. Kemudian hari-hari berjalan seperti biasa lagi.

Pernahkah kamu mengalami. Tiba-tiba saja kita mendengar kabar dari orang-orang yang kita kenal tentang kematian keluarga mereka. Hari ini nenek si A, besok kakak si B, besoknya lagi bapak si C. Kabar itu datang berdekat-dekatan. Kemudian hari-hari berjalan seperti biasa lagi.

Saya beberapa kali mengalami seperti itu. Setiap kali berita-berita tadi datang, saya ikut bertanya-tanya dalam hati. Kenapa tiba-tiba datang silih berganti kabar-kabar kematian itu dari lingkaran-lingkaran yang dekat sekali dengan saya. Kemudian hari-hari berjalan seperti biasa lagi. Sampai tiba waktunya datang lagi, silih berganti pula, kabar-kabar kelahiran dari lingkaran-lingkaran yang dekat sekali dengan saya.

Seperti ada sebuah pola yang sudah diatur. Untuk rentang waktu sepanjang X kita akan mendengar kabar-kabar kelahiran saja. Kemudian waktu berjalan beberapa rentang. Lalu pada rentang waktu sepanjang Y kita akan mendengar kabar-kabar kematian saja. Dan, kabar-kabar itu datang tidak jauh-jauh, ia datang dari kenalan-kenalan dekat kita bahkan mungkin keluarga kita sendiri.

Lalu, kau mau apa kalau memang kenyataannya seperti itu? Kau mau apa?

* * *

Kamis, 21 Juni 2012

Kita akan bertemu di Roma

Kita mencipta jalan-jalan menuju Roma. Melalui banyak jalan itu - yang menuju Roma itu - kita akan sampai pada kesadaran bahwa Rome was not built in a day.

* * *

Selasa, 19 Juni 2012

Kau boleh memilih kopi

Orang-orang bilang small is beautiful. Tetapi siang ini saya memilih big are great. Begitu jawaban saya ketika OB di kantor bertanya, "Pak Luqman mau di gelas besar ya?"

Siang-siang begini memang pas buat minum teh. Menjaga mata tetap melek.. :D

* * *

Minggu, 17 Juni 2012

Kenangan apakah yang sedang kita siapkan untuk masa depan?

Bagaimanakah sebaiknya kita mengenang masa lalu?

Kita yang membaca buku kedua dari novel biografi Muhammad yang ditulis oleh Tasaro GK mungkin akan menemukan jawabannya. Bahwa hal-hal yang paling sederhana sekalipun menjadi menakjubkan ketika dikenang dengan hati yang tenang.

Tetapi, bagaimana pula perkara hati yang tenang itu?
Atau, apakah dengan mengenang hal-hal yang sederhana kita akan menemukan ketenangan hati yang menakjubkan?

Sebenarnya tak ada lagi yang sederhana jika ia tetap terkenang.

* * *

Kamis, 14 Juni 2012

Ini bukan tentang Nasionalisme

Keyakinan saya masih kuat. Masih sama seperti kemarin-kemarin. Bahkan jika ditambah dengan kekalahan ketika melawan Jerman subuh tadi. Keyakinan saya bahwa Belanda akan lolos ke babak perempat final tetap kuat. Peluang masih ada. Maka sebelum Belanda benar-benar tersingkir, saya tetap menjagokan Belanda.

Hitung-hitungannya seperti ini. Belanda akan lolos ke babak perempat final jika mampu mengalahkan Portugal dengan skor minimal 2 - 0. Ini yang harus diperjuangkan. Mati-matian. Mau tidak mau. Setelah perjuangan ini berhasil, Belanda masih harus berharap agar Jerman mampu mengalahkan Denmark. Oh, sempurnanya kebahagiaan para pendukung Belanda jika hitung-hitungannya berjalan demikian.

Sepak bola memang menarik. Saya menyukainya. Barangkali karena sepakbola merupakan replika dari kehidupan ini. Di dalamnya ada perjuangan. Di dalamnya ada harapan. Dan, selalu saja ada keajaiban-keajaiban yang terjadi.

Makanya, hingga catatan ini saya tulis dan hingga Belanda belum benar-benar tidak bermain lagi saya masih menjagokan Belanda. Harapan itu masih ada, Bung. Selalu ada. :)


Jumat, 08 Juni 2012

Sudahkah Anda mengurus e-KTP?


Sudah. Saya sudah mengurusnya. Baru saja. Tadi. Sejam sebelum shalat Jum'at dimulai.

Saya membayang-bayangkan bagaimanakah canggihnya e-KTP yang akan saya miliki itu. Semua jari saya diambil sidiknya. Mata saya difoto retinanya. Tanda tangan tidak ketinggalan saya torehkan. Wajah saya juga ikut diabadikan dalam e-KTP itu. "Menatap ke kamera Pak! Badan diluruskan. Satu, dua, tiga! Oke!", begitu kata petugasnya sesaat sebelum mengambil gambar wajahku ini.

Konon kabarnya dengan memiliki data e-KTP maka identitas diri dan keberadaan kita akan mudah dilacak. Ini akan menjadi penanda bagi kita sebagai penduduk. Penduduk Indonesia. Namanya juga e-KTP, dengan embel-embel e itu, yang berarti elektronik, maka data-data kependudukan tentang seseorang akan kita ketahui dengan gampang. Setahun yang lalu saya berada dimana. Sudah berapa kali saya berpindah-pendah daerah. Sekarang dimana. Semuanya itu akan terekam dalam riwayat e-KTP itu. Itu baru satu contoh kegunaannya. Pastinya masih banyak lagi.

Pagi tadi di Bandara Samratulangi Manado saya sempat bergurau dengan teman yang sama-sama akan ke Makassar. Saya bilang, bolehlah sekali-sekali saya membayar airport tax seratus ribu rupiah. Selama ini saya selalu hanya dimintai membayar empat puluh ribu. Teman saya itu lalu menanggapi dengan terbahak. Haha, berarti harus keluar negeri dong.

Ah, ke luar negeri. Kapan ya? Tunggu saja saya disana five winter later. Begitu saya menjawab pertanyaan, kapan nyusul kesini, dari seorang teman yang melanjutkan kuliah ke Jepang.

Ah, ke luar negeri. Five winter later? Kita lihat saja, apakah gurauan saya itu terkabul atau tidak. Anda bisa membuktikannya melalui kecanggihan e-KTP itu nantinya. 5 tahun lagi. Atau, Anda mungkin yang akan lebih dulu ke sana? Kalau begitu, jangan lupa oleh-olenya.

Makassar, 9 Juni 2012 - Jepang, 9 Juni 2017

* * *

Saya izin dua hari ya, Bos

Besok saya mendapat izin tidak masuk kerja, juga hari Senin nanti. Karenanya, minggu ini akhir pekanku datang lebih awal dan lebih panjang. Heheh.

Saya akan ke Makassar. Bersilaturrahim dengan keluarga. Mengunjungi teman-teman lama. Mungkin juga akan bertemu dengan teman-teman baru. Dan banyak lagi yang bisa saya lakukan disana.

Di Makassar nanti saya juga berencana mengunjungi Unhas. Kampus yang telah mengajarkan banyak hal terhadap saya. Mengajarkan bagaimana bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan yang telah saya buat sendiri.

* * *

Oiya, besok itu pembukaan Euro Cup 2012. Saya hampir lupa. Sepertinya akan banyak pertandingan bola tengah malam selama bulan Juni ini. Saya belum tahu bagaimana suasana di Manado sini ketika musim bola seperti sekarang. Besok saya mau ke Makassar dulu. Nanti lagi kita bahas soal Euro.

Namun, sekali lagi saya mau bilang kalau saya menjagokan Belanda di Euro Cup kali ini... :D

* * *


Minggu, 03 Juni 2012

Di toko buku itu saya teringat seseorang, yang jika nanti saya menulis buku, barangkali namanya akan ada di lembaran pertama bukuku itu

Saya ke toko buku itu lagi. Siang tadi. Setelah menaiki tangga masuk, melewati pintu depannya, beberapa langkah, terdapat sebuah ruangan. Disitu dipajang DVD musik dan film. Disitulah untuk beberapa lama saya berada. Melihat-lihat. Menumbuhkan cita-cita pada hati. Semoga besok-besok kalau cita-cita itu sudah cukup matang, saya boleh memiliki DVD-DVD itu. Beberapa saja dululah.

Setelah itu saya naik ke lantai dua. Di lantai dua itu saya akan bertemu dengan ribuan buku. Disitulah biasanya saya berlama-lama. Sesekali saya menyempatkan mencuri-curi pandang pada karyawan toko buku itu. Yang rambutnya sebahu itu. Yang bedak tipis di pipinya itu, pas sekali ia usapkan. Apalagi dengan tambahan sedikit perona merah pipi. Tetapi siang tadi ia tak ada. Saya sudah mencarinya di tempat ia biasa merapikan buku-buku. Ia memang tak ada. Barangkali ia dapat shift malam.

Kalau ke toko buku itu saya biasanya melakukan kebiasaan ini. Mendatangi sekelompok tumpukan buku dan menyisir sampul serta judulnya. Ketika mata ini menemukan judul buku tertentu yang kira-kira menarik, saya  meraih buku itu. Membaca testimoni ataupun ringkasan singkat di cover belakangnya dan kalau ada yang segelnya sudah terbuka saya menyempatkan diri membaca acak beberapa halaman di dalamnya. Kebiasaan ini hanyalah sebagai cara saya untuk don't judge a book by it cover.

Dari satu tumpukan buku saya akan beralih ke tumpukan buku berikutnya. Sambil berpindah-pindah ini saya merekam buku-buku apa yang menarik dan lagi sesuai dengan mood membaca saya saat itu. Setelah beberapa lama saya akan kembali ke tumpukan buku yang sebelumnya saya datangi. Saya akan meraih satu buku di tumpukan yang ini. Satu buku di tumpukan yang itu. Satu buku di tumpukan yang sana. Kemudian saya menggendong mereka, membawanya menuju kasir.

Siang tadi saya ke toko buku itu lagi. Saya membawa pulang dua buah judul buku. Sebelum menemukan kedua buku itu, saya sempat juga bertemu dengan sebuah judul buku yang lain. Di sampul belakangnya saya menemukan tulisan ini.

"... sesuatu yang dilakukan dengan hati akan selalu menghasilkan energi yang tak pernah mati."

Saya menuliskan kalimat itu di hape saya. Sempat terpikir untuk mengirimkannya ke teman-teman, atau, ke seseorang. Beberapa saat menimbang-nimbang saya akhirnya tidak mengirimnya ke siapa-siapa. Saya hanya mengetikkan nomor hape saya sendiri, menekan tombol send, dan kalimat itu masuk lagi ke hape saya.

Saya sebenarnya ingin mengirimkan kalimat itu kepada seseorang. Seseorang yang saya ingat di toko buku itu. Seseorang yang tak menyukai buku, katanya.

Hei, sudah waktunya pulang, bukan?

* * *