Kamis, 18 Oktober 2012

Selamat Pagi Indonesia


Setiap pagi sepertinya orang-orang selalu merasa punya alasan dan hak untuk terburu-buru. Ada yang karena tak ingin kehabisan sayuran dan ikan segar di pasar pagi.  Ada yang karena alasan tak ingin anaknya terlambat ke sekolah. Ada yang karena tak ingin telat memindai sidik jarinya di absen elektronik kantor. Ada yang karena tak ingin kehilangan penumpang kantoran dan sekolahan. Dan, ada yang karena tak ingin kehabisan sarapan nasi kuning dan bubur di pojok jalan sana yang memang selalu ramai. Dan, berbagai alasan lainnya. 

Maka kita paculah mobil dan motor kita.

* * *

Senin, 08 Oktober 2012

Let's Rock'n'Roll, Kawan!

Salah satu atasan saya di kantor adalah orang Batak. Suaranya keras. Siapa yang baru pertama kali berbicara pada atasan saya ini pastilah mengira si Bos lagi marah-marah. Padahal tidak. Memang begitulah adanya. Bukan saja di kantor, di rumah pun si Bos begitu. Pernah di rumahnya, atasan saya ini berbicara dengan lemah lembut yang tidak seperti biasanya. Sang isteri lantas bertanya khawatir: apakah Bapak sakit? Padahal tidak. Di kantor pun demikian. Jika suatu kali kami mendapati si Bos adem ayem saja dan berbicara lemah lembut, teman-teman langsung mengira pastilah si Bos lagi sakit atau lagi tidak enak badan. Padahal tidak.

Sudahlah. Mari kita sudahi pembicaraan tentang atasan saya yang orang Batak itu.

Di kantor, saya punya kebiasaan pulang paling belakangan, bahkan dibandingkan dengan office boy kami sekalipun. Ada dua alasannya. Pertama, saya belum punya anak-isteri yang menunggu di rumah sehingga tidak akan ada panggilan telepon dari rumah jika saya terlambat pulang. Kedua, saya selalu tidak punya alasan kepada Pak Bos jika harus pamit pulang duluan. Lebih baik jika saya menunggu Pak Bos pulang lebih dulu baru kemudian saya pulang. Dengan begitu tidak ada orang yang perlu saya mintai pamit buat pulang karena sayalah orang yang belakangan pulang. Apalagi saya dititipi juga duplikat kunci ruangan.

Tentang pulang paling belakangan ini saya selalu menantikan suasana yang dihadirkannya. Suasana ruangan yang diisi percakapan, hilir-mudik, tanya-jawab, dan senda-gurau selama seharian, tiba-tiba seketika hening. Biasanya hanya akan ada bunyi nyala lampu neon, atau bunyi alat penyimpan arus yang belum dimatikan, atau hentakan musik slow rock melalui speaker di laptop yang saya setel pelan. Dari tempat dudukku, saya akan memandang keluar menembus kaca jendela. Saya akan memandangi warna langit yang mulai senja dan perlahan menuju gelap. Saya selalu menantikan menikmati kesendirian yang seperti itu. Sangat menenangkan. Setelah itu pulanglah saya. Sampai di kos-kosan hari sudah gelap.

Sore tadi sepertinya teman-teman kompak untuk pulang tepat waktu. Setengah lima teng semua sudah berkemas untuk pulang. Tak terkecuali Bos saya yang orang Batak itu. Pak Luqman belum mau pulang? Saya bilang: belum, sedikit lagi Pak, saya juga nda tau mau bikin apa kalo sudah di kosan, orang-orang di kosan juga pasti akan heran, kok saya pulang cepat, ada apa.

Ya, begitulah kebiasaan itu. Sekali waktu kita berada di luar kebiasaan, orang-orang akan bertanya-tanya, ada apa. Padahal tidak ada apa-apa. Seperti kebiasaan berbicara Bos saya yang orang Batak itu. Seperti kebiasaan saya pulang paling belakangan. Padahal tidak ada salahnya jika kita bersuara lemah lembut. Padahal tidak ada salahnya kalau kita pulang ke rumah sebelum gelap. Dan, tidak ada salahnya juga, apabila orang-orang menjadi bertanya-tanya kenapa, saat kita memilih berubah. Tak ada salahnya memang.

Kalau begitu, okelah, let's Rock'n'Roll untuk kebiasaan-kebiasaan baik yang baru.

* * *

Rabu, 03 Oktober 2012

Ada Apa Di Oktober

Seandainya setiap kali diberi nikmat kita diharuskan untuk koprol sambil bilang "wouw" gitu, maka pastilah setiap saat yang kita kerjakan di dunia ini hanyalah koprol sambil bilang "wouw". Belum selesai koprol yang satu, ada lagi koprol berikutnya. Maka nikmat Tuhan yang mana yang kita dustakan?

* * *