Selasa, 30 Maret 2010

Selamat Ulang Tahun

PADA setiap tahun yang tak berulang, kita berulang tahun
Merayakan usia yang seperti lilin
Menyala perlahan, memendek perlahan

Pada setiap ucapan selamat ulang tahun, berulang kali kita dikirimi doa
Doanya pendek, semoga panjang umur bunyinya
Namun kita yang berulang tahun tahu, bahwa usia bisa jadi sebentar saja




* * *

Sabtu, 13 Maret 2010

Bayarlah Dengan Uang Pas

Wahai Pak Sopir
Tak bosankah kau mendengar
Kata yang itu-itu lagi
Kata yang itu-itu saja

Oh, tentu saja, aku tak boleh bosan
Karena setiap kali kata itu aku dengar
Di setiap dengarku itu aku akan melihat senyum istriku

Di setiap kali kata itu diulang-ulang
Di setiap ulangan itu aku akan melihat
Tawa anakku yang berulang-ulang

Maka jika engkau sudah sampai
Teriakkanlah kata itu wahai Anak Muda
“Kiri, Pak Sopir !”

01/03/2010

Bertetangga

Semoga Allah mengampuni
atas perbuatanku selama ini

"Demi Allah, tidak beriman,
Demi Allah, tidak beriman,
Demi Allah, tidak beriman."

Ditanyakan kepadanya,
Siapakah dia itu ya Rasulullah?

Beliau menjawab,
"Yaitu orang-orang yang tetangganya
merasa tidak aman dari kejahatannya."

(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah r.a)

Senin, 08 Maret 2010

Pilih Mana

Apa yang lebih murah
daripada gratis
Tak ada yang lebih mahal
daripada ikhlas

(08/03/2010)

Minggu, 07 Maret 2010

Seperti Hujan Seperti Sajak

Aku ingin menjadi hujan
Membasahi hatimu yang sedang kemarau
Seperti peribahasa itu
Kemarau setahun dihapus hujan sehari

Aku ingin menjadi berarti
Pada hidupmu yang sendiri
Seperti sajak itu
Sekali berarti sudah itu mati

(07/03/2010)

Sabtu, 06 Maret 2010

Jika Tak Seberapa

Seberapakah jauh
engkau dapat melempar

Seberapakah kencang
engkau dapat berlari

Seberapakah kokoh
engkau dapat menahankan pukulan

Seberapakah lincah
engkau dapat menghindari lemparan batu

Jika tak seberapakah
berhentilah, pulanglah

(06/03/2010)

Jumat, 05 Maret 2010

Senin

DISINI tak ada kalender
sebab itulah waktu di tempatku
seenaknya saja datang dan pergi

Kecuali hari ini
Senin duduk betah disampingku
karena kuajak ia untuk bercerita
perihal pertandingan bola semalam

Di sampingku ia duduk bermanis-manis
menunggui Selasa yang akan menjemputnya

Rabu, 03 Maret 2010

MencintaiMU

Seperti tetes air melubangi batu keras
Setetes-setetes terus menetes
Seperti itulah aku ingin mencintaiMu


Seperti peribahasa itu
Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit
Seperti itulah aku ingin mencintaiMu


(03/03/2010)

Selasa, 02 Maret 2010

Rakib dan Atid

Sebelum kita benar-benar diam
Akan selalu ada yang merekam
Dari bahu kanan, juga dari bahu kiri

Tak perduli kita bergerak atau diam
Mereka akan tetap diam-diam merekam

Begitu seterusnya
Sampai kita benar-benar diam

(01/03/2010)

Mati Lampu

Aku terbiasa mencaci memaki
Ketika tiba-tiba lampu itu mati
Padahal jika aku yang tiba-tiba mati
Barangkali takkan ada lampu di alamku nanti


Ah, akan kutabung saja cahaya lampu
Yang tidak kupakai malam ini
Biar bisa kunyalakan nanti
saat aku mentraktir mungkar dan nangkir

(17/02/2010)

Tanggal Muda

Di umur yang perlahan mulai menua
Pada angka-angka kalender yang juga menua
Ada yang tak sabar merindukan tanggal muda

01/03/2010)

Apakah Anda Punya Obeng

1
Bagaimana berpuisi untuk
Menanyakan nama seorang gadis

Sederhana saja
Kau rangkai saja huruf-huruf
Yang menyatakan maksudmu itu

Atau kau tanyakan saja kepada si gadis
Seperti tanya teman saya
Apakah anda punya obeng

Kalau dia bilang tidak punya
Kau bertanya lagi
Obeng tidak punya tapi nama punya kan

Begitu saja
Sederhana bukan


2
Kalau nama sudah kenal
Lalu lama-lama ada rindu pada si gadis
Bagaimana berpuisi untuk
Menanyakan kabar pada si gadis

Sederhana saja
Kau rangkai saja huruf-huruf
Yang menyatakan maksud rindumu itu
Cukup itu saja

Apa kabar

Setelah Kata

Setelah kata amin, doa pun terpanjatkan
Setelah kata kiri, angkot pun tersetopkan
Setelah kata siap, tugas pun tertuntaskan
Setelah kata tak ada lagi, yang ada hanya diam

Izinkan Aku

Izikan aku, mohonku padaMU
Disuatu malam, dalam hatiku
Aku harus bisa, aku harus menang

Perempuan Kupu-kupu

Gambar Karya Michael Maier, Serenade of Love (2007)

Disepanjang tipis-gaunnya terpesonalah pantai itu

pada lekuk biola di sekujur semesta tubuhnya


Pada debur gesekan ombak

Bersenandunglah gelombang dawai dalam gemuruh bisikan pasir


Dibulatnya cahaya matahari bermainlah sepasang elang

Membujuk terbang perempuan kupu-kupu


Lalu, berkeluhlah ia hanya kepada putihnya buih:

Tak kulihat karang buat penambat

Ombang-ambingnya hatiku

Ruang, Waktu, Peran

Seumpama piring sendok dan garpu

Ketika berjamu di meja makan


Seumpama tugal cangkul dan bajak

Ketika berkebun di tanah ladang


Seumpama sabun gayung dan ember

Ketika bermandi di kamar mandi


Begitulah kita

Bertemu dalam waktu

Bersua dalam ruang

Bertugas masing-masing

Bayangan Cermin

Setiap pagi ia membangunkan bayangannya dari dalam cermin

menggosokkan giginya

memandikan badannya

meminyakkan rambutnya

dan mendandankan pakaiannya


Setelah itu ia sendiri masuk ke dalam cermin

sambil tak lupa meminjamkan senyum pada bayangannya

Setelah itu pergilah bayangan itu bertemu dengan orang-orang

Menjemput rezeki yang sudah menunggu


Sore hari bayangan itu harus cepat-cepat pulang

Sebab matahari akan segera membenamkan diri

Dan menghapus jejak-jejak pulang bagi si bayangan


Akhirnya si bayangan sampai dirumah

Mengetuk pintu cermin dan mengembalikan senyum yang dipinjamnya


Kau sudah pulang rupanya

Aku sudah membuatkanmu teh

Mari kita minum bersama