Minggu, 21 November 2010

After *The North London Derby

Begitu damai. Begitulah yang saya rasakan ketika menuliskan catatan ini. Di luar sana, bunyi suara kodok bersahutan dengan bunyi jangkrik. Di dalam sini, di kamar ini, bunyi detak jam weker kecil terdengar jelas mengabarkan detik demi detik yang dilaluinya. Sesekali desisan cicak membuyarkan konsentrasi pendengaranku ke detak detik jam weker tadi. Sementara jari-jariku menari-nari dalam tempo lambat di atas tuts-tuts laptop.

Sekarang belum waktunya tidur. Ini kan malam minggu. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dimalam seperti ini. Tapi tak ada yang bisa memaksa saya untuk beranjak dari kamar ini, kecuali siaran sepak bola. Itu pun kalau teman yang punya televisi di kamarnya dan juga hobi bola, juga belum tidur. Hanya itu syarat yang harus kau penuhi untuk mengajakku beranjak dari kamar ini, kawan.

Namun bila kau tak bersedia memenuhi syarat itu dan memilih untuk tetap berada dikamar ini, kau boleh mengajakku berbincang. Kita bisa bernostalgia soal teman-teman lama kita. Tentang kerja dimana mereka sekarang, berapa anak yang sudah mereka punya, tentang siapa lagi yang akan menyusul menikah. Atau, kau mau bercerita tentang perusahaanmu. Adakah lowongan yang lagi dibuka disana. Siapa teman-teman yang bisa kau ajak bergabung disana. Atau kamu mau mendengar masing-masing kita menertawakan diri sendiri. Saya mau. Kau tahu, sejak saya terbiasa menertawakan diri sendiri, kini saya mulai akrab dengan diriku ini. Satu persatu kekuranganku memunculkan dirinya untuk saya tertawakan, kalau perlu saya ejek. Setelah itu sunyi, hanya sunyi.

*Derby London Utara: Arsenal vs Tottenham Hotspur (2:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar