Jumat, 14 Januari 2011

Tentang Teng-Teng

"Apakah kita masih punya alasan untuk tetap optimis dengan kondisi Indonesia hari ini?", kurang lebih seperti itulah bunyi pertanyaannya. Pertanyaan itu saya dengar pada acara radio mingguan Kang Prie GS yang disiarkan Jum'at malam tadi. Acaranya di Smart FM diberi nama Refleksi, jam 19 sampai jam 20 waktu Jakarta.

Demi menjawab pertanyaan itu, Kang Prie mengutarakan beberapa fakta. Dengan ciri khasnya yang suka bercanda itu, disampaikannya fakta itu dalam beberapa kata yang tidak panjang dan lebar.  Sangat singkat, dan intinya bahwa kita masih bisa tetap optimis kepada Indonesia kita ini.

Dan kalau saya pikir-pikir, saya amat-amati dan saya rasa-rasakan memang benar bahwa masih banyak alasan untuk kita tetap optimis kepada bangsa ini. Salah satunya tentang kabar dari kawan yang saya terima sore tadi.

Saya bertemu dengan kawan ini ketika kami sama-sama mengikuti Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Calon Wirausaha Muda Makassar yang diadakan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM, beberapa bulan yang lalu. Di pelatihan itu kami dibimbing tentang bagaimana memulai sebuah usaha, bagaimana menghadapi tantangan yang kerap kali dihadapi wirausaha baru, sampai bagaimana mengembangkan usaha menjadi sebuah bisnis jangka panjang. 

Kawan saya ini, ketika itu, sedang merintis usaha yang dia sebut sebagai ten-tenk spesial. Barangkali karena ada embel-embel spesialnya, makanya tulisannya menjadi ten-tenk. Padahal setahu saya tulisannya teng-teng. Oh, tunggu dulu, tahu ten-tenk kan? Ten-tenk ini merupakan panganan tradisional yang terbuat dari kacang tanah yang diberi gula merah. Kacang tanah tadi disangrai kemudian dituangi dengan larutan gula merah hangat. Kemudian dibentuk dalam model lingkaran yang berdiameter kira-kira 10 cm. Setelah itu didinginkan. Maka jadilah.

(Oh iya, sebelum lanjut, saya hanya ingin bilang kalau cara membuat ten-tenk yang saya tuliskan di atas tadi hanyalah hasil imajinasi pribadi yang saya dapat dari pengalaman saya selama bergaul dengan yang namanya ten-tenk. Namun kalau mau diukur tingkat kepercayaannya, bolehlah sampai 80%.)

Oke, kita lanjut.

Nah, kawan saya ini mengabarkan kalau ten-tenk spesialnya itu (yang sepertinya telah bermetamorfosis dan berganti nama menjadi Ten-tenk Butterfly) berhasil menjadi finalis pertama pada lomba Wirausaha Muda Mandiri 2010 tingkat Propinsi Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua. Dan berhak mengikuti lomba selanjutnya di tingkat Nasional.

Saya jadi teringat the Butterfly Effect yang dikemukakan oleh Edward Norton Lorenz. Bahwa kejadian-kejadian yang terjadi hari ini boleh jadi adalah pengaruh dan akumulasi dari kejadian-kejadian yang lalu. Begitu pun dengan kejadian-kejadian di hari esok.

Ten-tenk Butterfly bukanlah kupu-kupu pertama yang mengepakkan sayapanya. Telah ada beberapa, mungkin puluhan, mungkin ratusan, mungkin ribuan. Dan kepakkan sayap-sayap ini akan terus menjalar, berakumulasi dan memberikan efek. 

Di kabar yang dia sampaikan melalui sms itu, teman saya tadi memohon didoakan, dan berpesan agar kami tetap semangat.
* * *

Sumber foto: google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar