Selasa, 08 Oktober 2013

Apa Kabar

Seberapa penting pertanyaan "apa kabar" kita tanyakan kepada seseorang? Penting ataupun tidak penting tanyakan saja. Kalaupun menurutmu tidak penting, anggaplah saja itu sebagai basa-basi pembuka percakapan. Kalaupun menurutmu penting, ya, sudah pasti kamu akan menanyakannya.

Tapi, saran saya, tanyakanlah, apalagi kalau percakapan itu lewat pesan blackberry, atau sms.

Saya pernah mengalaminya sendiri. Kejadiannya dengan sesama teman di tempat kerja. Teman ini berkantor di Jakarta. Suatu hari tanpa basa-basi saya mengirimkan pesan melalui blackberry. Kami saling berbalas pesan. Saya menanyakan sebuah surat yang akan kami sampaikan ke nasabah. Surat itu sudah diproses, sudah ada di meja Pak Bos, tinggal menunggu ditandatangani, Pak Bosnya lagi meeting.

Saya minta kalau bisa keesokan harinya, pagi-pagi sekali, surat itu agar dapat diemail ke kantor di cabang kami. Sudah beberapa hari soalnya nasabah kami selalu menayakan perihal surat tersebut.

Pesan blackberry yang saya kirimkan tanpa basa-basi itu disertai pula dengan nada mendesak. Tadinya sapaan "mbak" kepada teman ini dibalas dengan sapaan "mas" kepada diri ini. Dibeberapa pesan balasan, sapaan mas masih selalu melekat. Tapi setelah pesan bernada mendesak tadi, sapaan mas yang terdengar begitu akrab tiba-tiba berganti dengan sapaan "kamu" yang disertai dengan nada yang ketus. Balas membalas pesan pun terhenti. Ada yang salahkah dengan desakan saya.

Lama saya berpikir sebelum akhirnya saya mengirim pesan lagi.
Mbak, tadi itu mbak marah ya.

Mbak lagi capek dan demam.
Tadi waktu luqman bbm lagi di dokter.
Tapi ga marah.

* * *


Tidak ada komentar:

Posting Komentar