Kamis, 17 Oktober 2013

Hukum Kekekalan Bahagia

Ketika kuliah dulu saya pernah bergabung dengan sebuah organisasi kemahasiswaan. Agar diterima bergabung kami mesti melalui begadang bermalam-malam. Begadang menerima materi pelatihan dasar atau istilahnya basic training. Dimulai selepas Isya dan berakhir menjelang Subuh. Begitu terus hingga beberapa malam. Bisa seminggu barangkali. Tapi memang waktu itu masih fresh-freshnya saya sebagai mahasiswa. Kalau tidak salah ingat sekitar semester 3. Sehingga urusan gadang-begadang masih jagonyalah.

Teman-teman seangkatan saya beberapa orang telah lebih dulu bergabung. Atas bujuk rayu mereka, maka saya pun tertarik untuk mengikuti pelatihan dasar itu. Apalagi kata mereka, pelatihannya tidak dipungut biaya sepeser pun. Malah makan, minum, dan snacknya ditanggung oleh panitia. Wah, bagus juga buat penghematan, pikir saya.

Sejujurnya saya akui, karena mengikuti pelatihan inilah saya jadi suka membaca buku-buku filsafat. Bagaimana tidak, setiap pembicara yang membawakan materi selalu melandaskan teori mereka pada buku "ini" yang ditulis "si ini". Wah, wah, begini toh pengetahuannya orang yang banyak baca. Untuk kampanye gemar membaca, sepertinya mereka berhasil mempengaruhi pikiran mahasiswa baru yang bernama Luqman ini.

Memang asyik juga begadang bermalam-malam dengan dijejali teori-teori filsafat, apalagi selalu terbuka ruang untuk berdiskusi juga berdebat. Sejak itu saya juga jadi suka mengikuti forum-forum diskusi mahasiswa, baik yang formal maupun diskusi-diskusi lepas di kantin kampus.

Dimalam pelatihan itu, kami tiba pada sebuah diskusi tentang Tuhan. Akhh, lihatlah kami makhluk yang terbatas ini mencoba mendiskusikan Engkau yang serba tak terbatas.

"Kita percaya dan yakin bahwa Tuhan itu Maha Kuasa."
"Iya, sepakat!"
"Kalau begitu, bisakah Tuhan menciptakan batu yang tidak bisa diangkatNya?"

Pertanyaan macam mana pula itu, hei. Perdebatan bermunculan. Diskusi pun menjurus panas. Malam yang dingin tak terasa sudah. Pertanyaan itu harus mendapatkan jawaban. Tidak cukup sekedar jawaban. Jangan sampai mempengaruhi tingkat kewarasan kami yang mahasiswa baru ini.

Oke, mari kita tinggalkan pertanyaan yang di atas. Ini masih tentang materi diskusi di pelatihan itu. Bahasannya masih tentang Tuhan. 
"Siapakah Tuhan itu?" 
"Tuhan itu adalah Dia Yang Maha Awal". 
"Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan".
"Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya".
"Dia tidak diciptakan, Dialah Yang Maha Pencipta".

Berbagai jawaban bermunculan. Karena sebagian besar kami yang ikut adalah mahasiswa MIPA, tiba-tiba datang lagi sebuah pertanyaan yang menyentak.

"Kalau begitu, Energi adalah Tuhan. Bukankah Hukum Kekekalan Energi menyebutkan bahwa Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan?"

* * *

Sudahlah. Tulisan yang tidak beraturan diatas sebenarnya dipicu oleh ingatan saya pada Hukum Kekekalan Energi itu. Tadi selepas shalat Maghrib saya merenung. Sebenarnya kebahagiaan seperti apa yang kita cari. Bahkan kita selalu meminta kebahagiaan tadi melalui doa rabbana atina itu. Kita mengulang-ulang doa itu setiap hari. Tapi apakah kita menjadi bahagia.

Saya lalu berpikir apakah Hukum Kebahagiaan sama dengan Hukum Kekalan Energi itu. Bahwa bahagia tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Bahwa bahagia itu hanya dapat diubah dari bahagia yang satu ke bentuk bahagia yang lain.

Ngomong-ngomong tentang bahagia, barangkali ada baiknya kita mencoba mencicipi oleh-oleh khas daerah Gorontalo sana, namanya Pia Bahagia. Makan sebiji kita bisa langsung kenyang. Kenapa ia dinamai Pia Bahagia, mungkin seperti kata teman saya: bahagia itu sederhana, makan lalu kenyang.

Tapi saya tetap percaya bahwa sambil kita selalu berdoa rabbana atina, bahagia itu juga punya hukum kekekalannya sendiri. Ia bisa berupa mendengar suara riang ibu kita diujung telepon sana. Ia bisa berupa menyingkirkan kerikil kecil di tengah jalan. Ia bisa berupa menemukan secangkir teh hangat di pagi yang dingin. Ia bisa berupa apa saja. Seperti kata para bijak: bahagia itu bukan dimana-mana, bahagia itu ada dimana-mana.

* * *


Tidak ada komentar:

Posting Komentar